Reporter: Dyah Megasari |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai tingkat efisiensi perbankan di Indonesia secara umum masih belum maksimal. Hal ini dibuktikan oleh rasio biaya operasi dibandingkan pendapatan operasi (BOPO) yang masih tinggi.
Gubernur BI Darmin Nasution menjelaskan perbankan diminta untuk menurunkan rasio BOPO-nya. "Saya melihat tingkat efisiensi perbankan secara umum masih belum memuaskan. Rasio BOPO-nya masih tinggi, bahkan ada yang masih di atas 100%," kata Darmin saat sambutan Bankers Dinner di Gedung BI Jakarta akhir pekan lalu.
BI mengakui, rasio BOPO perbankan nasional memang cenderung mengalami tren penurunan. Tapi sebagian bank masih ada yang memiliki rasio BOPO lebih tinggi dibanding bank lain atau sesuai standar bank sentral. Namun BI merahasiakan data bank yang memiliki rasio BOPO tertinggi itu.
BI mencatat rasio BOPO perbankan nasional sejak Desember 2005 secara rata-rata masih di kisaran 87,7%. Namun pada September 2012 lalu, rasio BOPO perbankan nasional sudah menurun rata-rata di level 74,26%.
"Saya menyambut baik apabila perbankan memiliki tingkat efisien lebih tinggi, sehingga perbankan nasional bisa bersaing dengan bank asing," jelasnya.
Dalam statistik perbankan Indonesia (SPI) BI per September 2012, rasio BOPO perbankan pelat merah atau BUMN telah menurun dari rata-rata 113,9% di Januari 2012 menjadi 71,27% di September 2012.
Di bank devisa juga sudah mengalami penurunan dari 87,32% (Januari 2012) menjadi 75,29% (September 2012). Di bank non devisa hanya mengalami penurunan tipis dari 81,4% (Januari 2012) menjadi 79,22% (September 2012).
Di bank BPD juga sudah mengalami penurunan dari 80,49% menjadi 74,17%. Di bank campuran turun tipis dari 85,01% menjadi 78,43%. Sementara di bank asing stagnan di level 79,03%, meski pada Mei 2012 sempat melonjak 81,39%. (Didik Purwanto/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News