Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan ini, Bank Indonesia (BI) menaikkan bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Apakah kenaikan bunga BI akan diikuti multifinance dengan mengerek bunga kredit juga?
PT Mandiri Utama Finance (MUF) menilai dampak kenaikan suku bunga BI terhadap suku bunga kredit multifinance tak akan terjadi dalam waktu dekat.
Direktur Utama MUF Stanley Setia mengatakan untuk dapat membaca dampak kenaikan suku bunga BI ke bisnis pembiayaan multifinance masih akan memerlukan waktu.
"Sebab, transmisi kenaikan suku bunga BI ke suku bunga pinjaman bank biasanya tidak langsung dan membutuhkan beberapa bulan," ucapnya kepada Kontan.co.id, Jumat (20/10).
Stanley menyampaikan seandainya suku bunga perbankan akan menyesuaikan dengan kenaikan 25 bps suku bunga BI tersebut, hal itu tidak akan serta merta mendorong kenaikan suku bunga pembiayaan multifinance.
Baca Juga: BI Kerek Bunga, WOM Finance: Cost of Fund Bisa Ikut Mendaki
Sebab, suku bunga pendanaan bukan satu-satunya komponen pembentuk harga ke konsumen. Menurutnya, banyak hal lain yang berpengaruh, termasuk persaingan dan kondisi pasar pembiayaan yang juga harus terus diperhatikan.
Adapun saat ini penawaran bunga MUF berada di kisaran 28% hingga 33% per tahun untuk kendaraan roda dua, dan 12% hingga 17% per tahun untuk kendaraan roda empat.
Sementara itu, PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) yang merupakan anak perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) menilai kenaikan suku bunga BI akan berdampak terhadap bisnis multifinance.
Direktur Operasional dan Sekretaris BRI Finance Willy Halim Sugiardi mengatakan hal itu dikarenakan kenaikan suku bunga tersebut akan diikuti oleh perbankan. Ujung-ujungnya akan meningkatkan Cost of Fund.
"Namun, seiring dengan kenaikan BI7DRR sebesar 25 bps menjadi 6%, BRI Finance optimistis bahwa kenaikan tersebut tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap suku bunga BRI Finance," ucapnya kepada Kontan.co.id, Jumat (20/10).
Willy menyatakan pada saat ini BRI Finance masih belum menetapkan untuk menaikan suku bunga. Sebab, perbankan belum mengumumkan adanya kenaikan suku bunga.
Selain itu, dia mengatakan BRI Finance memiliki berbagai sumber pendanaan baik dari perbankan dalam negeri, penerbitan surat berharga, dan fasilitas sindikasi offshore. Dalam penentuan suku bunga pembiayaan, Willy menyebut BRI Finance menerapkan risk based pricing dalam pengenaan suku bunga ke nasabah.
Baca Juga: OJK Sebut Sejumlah Kendala Multifinance dalam Pembiayaan Motor Listrik
"Saat ini, BRI Finance masih belum menentukan kapan dan besaran kemungkinan kenaikan suku bunga akan ditetapkan," katanya.
Willy juga menyampaikan layanan pembiayaan kendaraan di BRI Finance cukup beragam baik untuk pembiayaan konsumer, terdapat pembiayaan mobil baru, mobil bekas, motor, hingga fasilitas dana tunai.
Dalam rangka menyambut bulan inklusi keuangan, dia menyebut BRI Finance menghadirkan promosi baru untuk pembiayaan mobil baru dengan tenor hingga 6 tahun. Adapun suku bunga mulai dari 0,48% per bulan. Selain pembiayaan mobil baru, terdapat pembiayaan mobil bekas dengan tenor pembiayaan mengikuti usia kendaraan.
Willy menambahkan suku bunga pembiayaan mobil bekas cukup kompetitif mulai dari 0,53% per bulan dengan batas usia kendaraan yang dapat dibiayai maksimal 15 tahun.
"BRI Finance juga melayani pembiayaan multiguna yaitu Fasilitas Dana Tunai dengan jaminan menggunakan BPKB Kendaraan. Tenor maksimal untuk pembiayaan Fasilitas Dana Tunai adalah 4 tahun dengan suku bunga mulai dari 0,615% per bulan," ungkap Willy.
Adapun perusahaan multifinance PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance) menilai dengan adanya kenaikan suku bunga BI tentunya akan berdampak terhadap kenaikan cost of fund perusahaan.
Meskipun demikian, Direktur Keuangan WOM Finance Cincin Lisa menyebut perusahaannya telah mempersiapkan berbagai strategi sebagai bentuk antisipasi. Adapun strategi itu salah satunya dengan melakukan diversifikasi sumber pendanaan serta memperkuat kerja sama dengan pihak perbankan untuk memperoleh cost of fund yang paling efisien.
"Hingga saat ini, perusahaan belum memiliki rencana untuk menaikkan suku bunga pembiayaan," ucapnya kepada Kontan.co.id, Jumat (20/10).
Baca Juga: Adira Finance Salurkan Pembiayaan Kendaraan Listrik Rp 107 Miliar Per Agustus 2023
Sementara itu, Cincin menerangkan suku bunga pembiayaan relatif berbeda untuk setiap jenis pembiayaan. Dia menyampaikan WOM Finance menetapkan suku bunga untuk jenis pembiayaan motor baru mulai dari 1,2% per bulan. Selain itu, untuk pembiayaan multiguna motor serta mobil mulai dari 0,9% per bulan.
Di sisi lain, perusahaan pembiayaan PT BNI Multifinance yang merupakan anak usaha PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, menilai kenaikan suku bunga tersebut terhadap bisnis multifinance belum terasa dalam waktu dekat, termasuk untuk segmen pembiayaan ritel.
Direktur Bisnis BNI Multifinance Albertus Hendi menyebut perusahaan akan melihat perkembangan persaingan di pasar terlebih dahulu untuk segmen pembiayaan ritel.
"Dampak besarnya butuh waktu untuk kenaikan rate ritel dan dampaknya akan meningkatkan biaya angsuran konsumen," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (20/10).
Meskipun demikian, Albertus tak memungkiri untuk bisnis pembiayaan investasi dalam waktu dekat pasti akan ada kenaikan rate. Namun, perusahaan multifinance diyakini masih dapat memanfaatkan rate dalam plafon yang digunakan selama ini.
Albertus menyebut suku bunga yang dipatok antarperusahaan multifinance saat ini bervariasi. Akan tetapi, dia berpendapat tenor 4 tahun dan 5 tahun yang menyumbang paling tinggi.
"Beda tenor beda rate, beda down payment beda rate, beda brand beda rate. Masing-masing perusahaan punya kebijakan sendiri karena Cost of Fund juga," kata Albertus.
Sebagai informasi, sebelumnya suku bunga BI berada di level 5,75% sejak Januari 2023 atau dipertahankan selama delapan bulan berturut-turut. Adapun BI rate naik pada Januari 2023 menjadi 5,75% dari 5,5% pada Desember 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News