Reporter: Margareta Engge Kharismawati |
JAKARTA. Negeri Paman Sam Amerika Serikat (AS) kini dihantam penghentian kegiatan operasional sejumlah kantor (shutdown) karena kekurangan dana. Tentu masalah ini menjadi perhatian semua negara, tak terkecuali Indonesia.
Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral Indonesia pun tak luput memantau perkembangan AS. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, BI akan melihat pengaruh shutdown pada dua sisi.
Pertama, dampak pada kinerja ekspor. Tentu shutdown ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Amerika. Sehingga kinerja ekspor seluruh negara termasuk Indonesia ke Amerika pun menjadi terpengaruh.
"Akan turun berapa pertumbuhan ekonomi Amerika," tutur Perry yang ditemui sebelum rapat Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Jakarta, Rabu (2/10).
Kedua, dampak pada jalur keuangan. Dampak terhadap harga saham global maupun suku bunga surat utang AS.
Perry menjelaskan berdasarkan pemantauan BI surat utang AS malah menurun. Dengan penurunan ini, berarti arus modal masuk ke Indonesia masih berlanjut.
"Sehingga di jalur keuangan sejauh ini justru tidak terlihat ada dampak yang signifikan," tandas Perry.
Meskipun begitu, BI akan terus memantau perkembangan yang terjadi.
Sekadar informasi, Senin (30/9) malam waktu AS, kongres AS mengalami kebuntuan saat membahas usulan Presiden AS Barack Obama untuk menambah pagu utang (debt ceiling) pemerintah federal senilai US$ 16,7 triliun. Partai Republik ngotot menolak usulan tambahan pagu utang karena menolak program kesehatan Obama atau ObamaCare.
Tak kurang sekitar 800.000 pegawai negeri AS menganggur sementara waktu demi menghemat anggaran negara. Langkah ini ditempuh demi menyediakan dana pembayaran utang pemerintah AS yang jatuh tempo pada 17 Oktober 2013. Jika tidak, utang AS bisa gagal bayar alias default.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News