Reporter: Dyah Megasari |
JAKARTA. BI kembali menempuh kebijakan ekstrem untuk meredam gejolak di pasar finansial. Selain menaikkan BI rate langsung 50 basis poin (bps), untuk menjaga performa rupiah agar tak semakin terpuruk, Bank Indonesia (BI) juga memutuskan untuk memperpanjang Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank of Japan.
Bank sentral mencermati dampak dari kondisi eksternal. Difi A Johyansyah, Direktur Eksekutif BI menjelaskan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini fokus pada beberapa perkembangan penting indikator ekonomi, moneter dan keuangan.
Bilateral swap ini berguna menjaga likuiditas valuta asing di dalam negeri saat ketidakpastian pengurangan bertahap (tapering) stimulus moneter oleh the Fed terus memberikan tekanan pada pasar keuangan di berbagai negara.
Bank Indonesia mengklaim bahwa jumlah cadangan devisa (cadev) yang ada, masih cukup untuk menghadapi tekanan neraca pembayaran.
Bantalan cadangan devisa US$ 12 miliar
Namun demikian, masih tingginya tekanan dan ketidakpastian perekonomian global ke depan membuat bank sentral memerlukan langkah-langkah antisipasi baik. Caranya adalah penguatan respon berupa bauran kebijakan maupun ketahanan dalam menghadapi gejolak eksternal.
"Termasuk bantalan kecukupan cadangan devisa secara berlapis (second line of defense)," jelas Difi.
Dalam kaitan ini, Bank Indonesia telah menandatangani perpanjangan Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank of Japan sebagai agen Menteri Keuangan Jepang sebesar US$ 12 miliar, berlaku efektif 31 Agustus 2013. Pembahasan untuk kerja sama serupa juga sedang dilakukan dengan bank-bank sentral di kawasan.
“Penarikan modal dan meningkatnya risiko investasi menyebabkan penurunan harga saham, meningkatnya yield obligasi, dan pelemahan nilai tukar di hampir seluruh negara emerging market, tidak terkecuali Indonesia,” papar Difi, Kamis (29/8).
Tekanan yang tinggi pada pasar keuangan global ini terjadi di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan kawasan Asia, termasuk China dan India, serta terus menurunnya harga komoditas primer, kecuali harga minyak. Kondisi ini telah memberikan tekanan pada kinerja perdagangan dan pasar keuangan Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News