Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksi pada tahun ini rasio kredit masalah (Non Performing Loan/NPL) akan menurun. Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan, salah satu sektor yang NPLnya akan menurun antara lain sektor pertambangan.
"NPL tahun ini seharusnya agak menurun, perbaikan dari sisi harga komoditas rata-rata sudah meningkat," ujarnya, Jumat (20/1).
Selain itu, Erwin menyebut pada akhir tahun lalu sektor yang paling tertekan pada tahun lalu masih di sektor pertambangan. Meski begitu pihaknya yakin perbaikan di sektor tersebut dapat meningkat. "Perusahaan-perusahaan di sektor tambang sudah bisa recover dan itu termasuk di antaranya komoditi lain seperti CPO," tambahnya.
Asal tahu saja, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada akhir November tahun lalu, kredit di sektor pertambangan hanya tumbuh sebanyak 3,44% menjadi Rp 132 triliun dibanding periode yang sama tahu sebelumnya Rp 128 triliun. Selain pertambangan, kredit sektor transportasi 4,49% dari Rp 165 triliun per November 2015 menjadi Rp 173 triliun per November tahun lalu.
Erwin menambahkan, tahun 2017 ini sektor yang dinilai akan memiliki prospek cerah antara lain sektor pariwisata, konstruksi terkait infrastruktur serta industri pengolahan. "Kami harapkan sektor itu bisa mendorong pertumbuhan ke depan," tambahnya.
Sebagai informasi, rasio NPL perbankan gross di Desember 2016 tercatat sebesar 2,9% atau membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,22%. Meski begitu, pertumbuhan kredit tercatat menurun menjadi 7,9% secara tahun berjalan atau year on year (yoy) dari bulan November 2016 yang sebesar 8,5%. BI memproyeksi ke depan pertumbuhan kredit akan dapat membaik dan berada di kisaran 10% hingga 12%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News