CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BI: Pengalihan SBI ke SPN Masih Perlu Waktu


Selasa, 15 Juni 2010 / 23:01 WIB
BI: Pengalihan SBI ke SPN Masih Perlu Waktu


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Test Test

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan hingga kini masih meneruskan upaya aset liability management (ALM). Salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan stok Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) milik bank sentral.

Pjs. Gubernur BI Darmin Nasution menuturkan, proses peningkatan stok SUN dan SPN milik BI masih butuh waktu agak panjang. "Masih perlu proses," katanya di Jakarta, Selasa (15/6).

Menteri Keuangan RI Agus Martowardojo menambahkan, sejatinya agenda ALM merupakan inisiatif yang sudah lama diusung oleh dua institusi tersebut. "Perkembangan terakhir, kami akan mulai lagi bicarakan dengan BI untuk melanjutkan rencana pembangunannya di tahun 2010 ini," ujarnya.

Salah satu latar belakang diambilnya langkah ALM tersebut adalah karena semakin mahalnya ongkos moneter akibat tingginya beban bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Masih minimnya instrumen pengendali moneter membuat ketergantungan BI pada SBI begitu besar. Ini terindikasi dari mahalnya bunga yang harus dibayar oleh BI dan membuat neraca BI terbebani defisit luar biasa besar mencapai Rp 22 triliun tahun 2010 ini.

Maka itu, untuk kepentingan jangka panjang yakni memutus ketergantungan pada SBI, bank sentral terus berupaya memperbesar stok SUN dan SPN sebagai salah satu instrumen alternatif yang bisa digunakan untuk mengendalikan moneter. ALM ini pertama digaungkan tahun 2005, namun baru terlaksana dua tahun kemudian.

Dalam perjalananannya, upaya penambahan stok SUN berjalan jauh lebih lamban ketimbang penumpukan dana di SBI. Bandingkan saja, nilai outstanding SBI nilainya kini sudah mendekati Rp 300-an triliun. Adapun stok SUN milik BI baru di kisaran Rp 26 triliun.

Pengamat Keuangan David Sumual menuturkan, upaya BI memperbanyak stok SUN merupakan satu rangkaian kebijakan yang diarahkan untuk mengembalikan SBI ke khittah-nya, yakni sebagai instrumen moneter yang tidak diperjualbelikan ke investor asing. "Ini stance kebijakannya sudah berurutan, mulai dari penumpukan stok SUN, lalu penjarangan SBI, tinggal pembatasan SBI asingnya yang belum," kata David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×