Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengimbangi keputusannya menaikkan suku bunga acuan dengan insentif untuk kredit properti. Industri properti memang menjadi sektor yang paling terdampak kenaikan suku bunga.
Untuk itu, BI melanjutkan pelonggaran rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) kredit/pembiayaan properti menjadi paling tinggi 100% untuk semua jenis properti, antara lain rumah tapak, rumah susun, dan ruko/rukan atau bisa disebut dengan DP 0%.
Adapun, kelonggaran tersebut berlaku bagi bank yang memenuhi kriteria NPL atau NPF tertentu. Harapannya, perpanjangan tersebut bisa mendorong pertumbuhan kredit sektor properti.
“Dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, berlaku efektif 1 Januari sampai 31 Desember 2024,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, pekan lalu.
Baca Juga: Simak Prospek dan Rekomendasi Saham Sektor Properti Saat Suku Bunga Acuan Naik
Meskipun demikian, perpanjangan insentif tersebut tampaknya tak bakal dapat memacu kinerja penyaluran kredit properti. Beberapa bankir bahkan menilai penyaluran KPR tak akan melesat atau paling banter hanya tumbuh datar.
Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Ramon Armando misalnya mengatakan, sejatinya saat ini pihaknya melihat permasalahan masyarakat dalam membeli rumah bukan pada DP melainkan angsuran.
Ambil contoh, Bank BTN sudah sejak lama menerapkan DP 0%, tapi Ramon bilang selama ini nasabah lebih banyak memilih DP KPR di antara 10% hingga 20%.
“Kalau DP di Indonesia keluarga masih bisa patungan, tapi kalau angsuran tidak mungkin patungan terus,” ujar Ramon, Senin (23/10).
Baca Juga: Pengembang Semakin Mengandalkan Pendapatan Rutin
Hanya saja, Ramon berpandangan kebijakan insentif tersebut menandakan sektor properti berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya, ia melihat pemerintah dan BI ingin sektor tersebut masih terus bergerak.
Sementara itu, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Noviady Wahyudi menyebut pemberian keringanan DP sudah cukup jika sekitar 5%. Sebab, itu juga bisa menjaga kualitas kredit bank di sektor properti.
Memang, pria yang akrab disapa Dede ini menyadari bahwa tahun depan kredit properti bisa sedikit melambat. Sebab, tahun politik membuat pasar masih wait and see terkait pemimpin yang terpilih.
Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga Menekan Sejumlah Sektor, Begini Rekomendasi Saham dari Analis
Oleh karenanya, Dede memproyeksikan pertumbuhan kredit di sektor properti tahun depan adalah single digit. Ditambah, penyaluran bank bergantung pada penawaran dari pihak developer ke nasabah. “Penyalurannya masih di bawah 10% dari total booking hingga September 2023,” ujarnya.
Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan berpendapat perpanjangan itu sebagai dukungan untuk KPR terutama di tengah tren kenaikan suku bunga.
Hanya saja, ia menilai insentif itu sebenarnya perlu lebih tepat sasaran lagi bagi nasabah yang memang benar-benar mencari rumah. Di mana, nasabah akan benar-benar terbantu jika memanfaatkan insentif tersebut. “Bagi bank yang terjun ke KPR sedikit banyak insentif ini membantu,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News