kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.122.000   32.000   1,53%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

BI Rate Dipangkas, Perbankan Harap Likuiditas Valas Melonggar di Semester II-2025


Minggu, 21 September 2025 / 18:59 WIB
BI Rate Dipangkas, Perbankan Harap Likuiditas Valas Melonggar di Semester II-2025
ILUSTRASI. Petugas menghituang uang asing Dolar Amerika Serikat (USD) dan Indonesia Rupiah (Rp) di konter penukaran uang asing di Jakarta, Selasa (22/10/2024). Kondisi likuiditas valuta asing (valas) perbankan terlihat semakin mengetat, sejalan dengan laju DPK valas yang semakin tertekan.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

Sependapat, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menyampaikan, dengan kembali menurunnya bunga acuan BI Rate diharapkan bisa melonggarkan likuiditas baik valas maupun rupiah di semester kedua 2025.

"Seharusnya likuiditas valas juga akan melonggar. Saat ini likuiditas valas kami cukup longgar dengan loan to deposit ratio (LDR) valas sekitar 70%," ujar Lani.

Lani juga mengaku kondisi DPK maupun kredit valasnya masih mencatatkan pertumbuhan kendati ia tak merinci angka pastinya.

Dalam menjaga likuiditas valas ke depan, kata Lani pihaknya tidak akan mengerem kredit, namun tentu saja akan banyak dipengaruhi oleh daya beli masyarakat, kepercayaan pelaku usaha untuk berinvestasi.

Baca Juga: Ini Pernyataan Lengkap Gubernur BI Usai Pemangkasan BI Rate Jadi 5%

Sementara PT Bank Central Asia (BCA) mengklaim likuiditas valasnya masih memadai, sejalan proyeksi pertumbuhan transaksi valuta asing serta pergerakan nilai tukar rupiah.  

Per Juni 2025 kredit valas BCA tercatat masih bertumbuh positif mencapai sekitar naik 11,1% YoY menjadi Rp 49,0 triliun dari Rp 44,1 triliun di tahun sebelumnya. 

Adapun sektor yang paling banyak memberikan kontribusi antara lain jasa bisnis, manufaktur dan pertambangan.

"BCA senantiasa mencermati dinamika makroekonomi, baik domestik maupun global. BCA berfokus pada fundamental bisnis perseroan, serta tetap mengambil langkah yang pruden dalam menghadapi dinamika makroekonomi saat ini," ungkap Hera.

Baca Juga: Bank Indonesia Pangkas BI Rate 25 bps Jadi 4,75%

Kondisi likuiditas valas BCA yang memadai juga disebut tak lepas dari posisinya sebagai bank perantara untuk devisa hasil ekspor dari barang ekspor sumber daya alam (DHE SDA).

"BCA telah mempersiapkan berbagai langkah untuk mengantisipasi risiko pasar atas transaksi yang terkait dengan risiko nilai tukar dan suku bunga, termasuk dengan melakukan penetapan dan kontrol limit risiko pasar. Tak hanya itu, BCA juga konsisten melakukan stress test dalam mengukur risiko," jelasnya.

Selanjutnya: NIM Perbankan Berpotensi Naik, Dampak BI Rate Baru Terasa 2–3 Bulan Lagi

Menarik Dibaca: 5 Tanaman Pembawa Sial yang Harus Disingkirkan dari Rumah, Ada Mawar!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×