kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biaya provisi menggerus laba bank besar di Kuartal II


Minggu, 02 Agustus 2020 / 23:00 WIB
Biaya provisi menggerus laba bank besar di Kuartal II
ILUSTRASI. Nasabah menggunakan ATM di salah satu pusat perbelanjaan di Tangerang Selatan, Senin (1/6). Otoriras Jasa keuangan kembali mengeluarkan kebijakan lanjutan dengan merelaksasi ketentuan di sektor perbankan untuk lebih memberikan ruang likuiditas dan permoda


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seluruh bank dari kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV yang telah melaporkan kinerja semester I 2020 menorehkan penurunan perolehan laba bersih. Kinerja empat bank ini bisa jadi gambaran untuk melihat seberapa besar imbas pandemi Covid-19 terhadap industri perbankan di tanah air.

Keempat bank tersebut adalah PT Bank Central Asia Tb (BCA), PT Bank Panin Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Sedangkan tiga bank lagi dari kelompok ini yakni PT Bank Rakyat Indonsia Tbk (BRI), PT Bank Nasional Indonesia Tbk (BNI), dan PT Bank Mandiri Tbk masih belum merilis kinerjanya.

Sebetulnya, pendapatan bunga bersih sebagian besar bank ini masih mengalami pertumbuhan. Namun, melonjak biaya provisi untuk mengantisipasi munculnya kredit macet karena tekanan pandemi membuat perolehan laba tergerus.

Baca Juga: Laba bersih Bank CIMB Niaga turun 11,2% di semester I-2020

Selama kuartal II, perbankan memang menfokuskan diri untuk menjaga kualitas kredit dan membantu debitur yang terdampak pandemi lewat program restrukturisasi kredit.

Laba bersih BCA menyusut 4,8% secara year on year (YoY) pada semester I menjadi Rp 12,24 triliun. Sepanjang kuartal II, bank swasta terbesar di tanah air ini hanya mampu mengantongi keuntungan Rp 5,65 triliun, turun 14,13% jika dibandingkan laba bersih pada kuartal I sebesar Rp 6,58 triliun.

Penyebab penurunan laba Bank BCA antara lain peningkatan signifikan biaya provisi atau pencadangan hingga167,3% yoy, dari Rp 2,44 triliun menjadi Rp 6,54 triliun.

Bila mengesampingkan biaya provisi ini, bank swasta terbesar di tanah air ini masih mencatatkan laba naik 15,8%. Pasalnya, pendapatan bunga bersihnya masih tumbuh 10,2%, begitu pun dengan pendapatan operasional lainnya masih naik 10,3%.

CIMB Niaga menorehkan penurunan laba bersih 11,2% YoY menjadi Rp 1,74 triliun dari Rp 1,96 triliun. Pada kuartal II, bank ini hanya mengantongi net profit Rp 689 miliar, turun 34% dari triwulan sebelumnya sebesar Rp  1,05 triliun.

Baca Juga: Fee based income BRI tumbuh 22,3% hingga Mei, ini penopangnya

Penurunan laba CIMB Niaga seiring dengan penurunan pendapatan bunga bersih 1,7% menjadi Rp 6,2 triliun karena kontraksi penyaluran kredit 2,3% dan meningkatnya biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 75% menjadi Rp 2,59 triliun.

Bank Danamon mencatatkan kerugian Rp 400 miliar di kuartal II, padahal di triwulan sebelumnya perseroan membukukan laba bersih Rp 1,24 triliun. Alhasil laba perseroan sepanjang semester I hanya Rp 845 miliar atau tergerus 53% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pendapatan bunga bersih Danamon masih tumbuh 3% menjadi Rp 7,33 triliun. Namun, biaya kredit membengkak 87% menjadi Rp 3,2 triliun dan terdapat potensi pendapatan yang tertunda sebesar Rp 402 miliar pada kuartal II akibat restrukturisasi kredit membuat laba menurun.

Sementara laba Bank Panin yang diatribusikan ke entitas induk merosot 18,8% menjadi Rp 1,29 triliun. Penurunan ini terjadi karena peningkatan bunga bersih sebesar 2,43% tidak sebanding dengan beban operasional yang harus ditanggung terutama pada penurunan nilai kredit sebesar 71,7% menjadi Rp 1,25 triliun.

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA mengatakan, penurunan laba perseroan disebabkan oleh peningkatan biaya provisi. "Kita akan terus persiapkan CKPN yang memadai sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan kita ke depan," kata Jahja baru-baru ini.

BCA melihat tren margin bunga akan terus mengalami penurunan karena besarnya jumlah kredit yang direstrukrisasi yang berdampak pada penurunan pendapatan bunga.

Baca Juga: Tumbuh dua digit, fee based income Bank Mandiri ditopong transaksi treasury

Restrukturisasi kredit BCA diperkirakan akan mencapai sekitar 20%-30% dari total outstanding kredit perseroan. Hingga akhir Juni, realisasinya sudah mencapai Rp 69,3 triliun atau 12% dari total kredit perseroan.

Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M Siahaan mengatakan, banyaknya sektor usaha yang tertekan akibat pandemi Covid-19 membuat perseroan fokus untuk menjaga kualitas aset dan membantu nasabah yang terdampak pada kuartal II. 

"Di saat yang sama, kami juga mengedepankan tindakan pencegahan yang ekstra untuk melindungi kesehatan dan keamanan karyawan, serta fokus pada likuiditas, kecukupan modal, dan menjaga efisiensi operasional Bank.” kata Tigor dalam keterangan resminya, Kamis (30/7).

Sementara Yasushi Itagaki, Direktur Utama Bank Danamon mengatakan, perseroan telah memperkokoh pondasi dengan likuiditas yang stabil dan komposisi pendanaan yang lebih sehat di tengah kondisi yang menantang saat ini.

Baca Juga: Bank BTN mengantongi laba Rp 768 miliar di semester I 2020

Hans Kwee, Direktur Anugerah Mega Investama memperkirakan kinerja perbankan pada semester II akan lebih baik dari semester II tahun ini karena program restrukturisasi sudah dilaksanakan sehingga bank tidak perlu melakukan pencadangan.

"Faktor yang paling menggerus laba sebenarnya kenaikan pencadangan itu," kata Hans pada Kontan.co.id, Minggu (2/8).

Selain itu, kinerja bank juga membaik karena bank sudah bisa mulai fokus melakukan penyaluran kredit setelah pelonggaran PSBB dan program restrukturisasi sudah rampung dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×