Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Beberapa bank mengatakan dengan besarnya kebutuhan pendanaan infrastruktur pemerintah yaitu mencapai US$ 450 miliar atau Rp 6.000 triliun (kurs US$=13.333) sampai 2019 nanti, diperlukan inovasi pendanaan di luar dana pihak ketiga (DPK).
Apalagi, kebutuhan pendanaan infrastruktur ini terkait dengan tenor yang cukup lama yaitu di atas 10 tahun. Sementara mayoritas dana yang dimiliki bank memiliki rata-rata tenor di bawah 2 tahun.
Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan ada beberapa inovasi yang akan dilakukan terkait pendanaan proyek pemerintah.
“Pertama adalah pendanaan berbasis proyek (project loan). Kedua adalah sekuritisasi proyek dan ketiga adalah penerbitan global bond,” ujar Tiko, Selasa (25/7).
Terkait dengan sekuritisasi untuk pendanaan infrastruktur, Tiko mengatakan nantinya akan bekerjasama dengan Jasa Marga. Nilai sekuritisasi untuk proyek jalan tol Jasa Marga pada semester 2 2017 mencapai Rp 2 triliun sampai Rp 3 triliun.
Dikdik Yustandi, SVP Corporate Banking Bank Mandiri mengatakan nantinya akan ada beberapa ruas tol Jasa Marga yang pendanaannya dilakukan dengan cara sekuritisasi.
“Tahap awal (sekuritisasi) sebesar Rp 2 triliun untuk beberapa ruas tol salah satunya Trans Jawa,” ujar Dikdik.
Terkait pendanaan dengan global bond, menurut Dikdik nantinya Bank Mandiri akan bekerjasama dengan Jasa Marga. Jumlah global bond yang akan diterbitkan US$ 250 juta.
Catherine Hadiman, Direktur Perbankan Komersial HSBC Indonesia mengatakan sebenarnya selain sekuritisasi dan penerbitan global bond, ada beberapa alternatif pendanaan lain yang bisa dilakukan bank terkait pembiayaan infrastruktur.
“Skema build operate and transfer (BOT) dan pendanaan bersama (joint finance) bisa menjadi pilihan,” ujar Catherine, Rabu (26/7).
Terkait dengan opsi pendanaan dengan penerbitan surat utang menurut Catherine saat ini memang sudah relatif jenuh seiring banyak lembaga dan pemerintah yang menerbitkan obligasi.
Opsi global bond merupakan salah satu opsi yang cukup bagus karena akan mendatangkan dana segar dari luar untuk masuk ke pembiayaan proyek di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News