kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bila likuiditas ketat, sejumlah bank akan terbitkan surat utang di tahun depan


Selasa, 22 Oktober 2019 / 19:16 WIB
Bila likuiditas ketat, sejumlah bank akan terbitkan surat utang di tahun depan


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melihat kondisi likuiditas yang masih cenderung mengetat, sejumlah perbankan giat mencari opsi pendanaan di luar dana pihak ketiga (DPK) seperti obligasi.

Utamanya, penggalangan dana tersebut diutamakan untuk mendiversifikasi pendanaan terutama untuk jangka panjang. Di samping itu, penerbitan obligasi juga dilakukan perbankan untuk membiayai kebutuhan permintaan kredit.

Tidak sedikit bank yang berencana menerbitkan surat utang di tahun 2020. Ambil contoh, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR, anggota indeks Kompas100) yang menyebut masih memiliki amunisi penerbitan obligasi di tahun depan.

Baca Juga: LPS meramal likuiditas perbankan akan melonggar di sisa tahun ini

Sekretaris Perusahaan BJB Muhammad Asadi Budiman menjelaskan pihaknya berniat kembali menerbitkan obligasi senilai Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun. "Tujuan penggunaannya untuk ekspansi kredit. Jika prosesnya berjalan lancar, kami akan eksekusi tahun depan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (22/10).

Sebelumnya, Asadi menjelaskan pihaknya juga telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Tahap III/2019 senilai Rp 248 miliar. Ini merupakan lanjutan penerbitan obligasi yang telah dilakukan perseroan sejak 2017.

Total penerbitan Obligasi Berkelanjutan I BJB senilai Rp 3,50 triliun. Tahap I/2017 telah diterbitkan Rp 1,50 triliun, kemudian Tahap II/2018 diterbitkan Rp 1,752 triliun.
Wajar bila BJB aktif mencari dana di pasar, sebab jika merujuk laporan keuangan bulan Agustus 2019 (unaudited) lalu perseroan hanya mencatatkan DPK tumbuh sebesar 5,3% secara year on year (yoy) menjadi Rp 86,49 triliun.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) memberikan sinyal rencana penerbitan surat utang di tahun depan. Kendati tak merinci besaran jumlahnya, Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menurutkan dalam rencana bisnis bank (RBB) perseroan total dana non konvensional BNI memang kerap dijaga pada kisaran 15%-20%.

"Ada juga non konvensional, tapi masih dalam proses penyusunan," singkatnya.

Baca Juga: Giat perbaiki kredit bermasalah, NPL perbankan masih bisa turun

Sebelumnya, pada kuartal III 2019 lalu BNI memang telah menerbitkan negotiable certificate deposit (NCD) III/2019 dengan nilai total Rp 2,39 triliun. Tentunya dana ini bakal digunakan untuk menunjang pengembangan bisnis perseroan, terutama dalam ekspansi kredit.

Selain itu, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga sempat menyatakan di tahun depan pihaknya berniat lakukan kembali penggalangan dana. Direktur Keuangan, Strategi dan Tresuri BTN Nixon Napitupulu menyebut pada awal tahun 2020 BTN bakal mengeksekusi penerbitan junior global bond senilai US$ 250 juta.

Bukan hanya itu, bank bersandi saham BBTN (anggota indeks Kompas100) ini juga mengisyaratkan rencana penerbitan sukuk ritel atau wholesale dengan kisaran dana sebesar Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun.

Sebelumnya di tahun ini pihaknya sudah menerbitkan beberapa surat utang. Antara lain obligasi korporasi dan pinjaman bilateral. "Semuanya sudah jalan, tinggal yang sekuritisasi, baru saya tandatangani tadi perjanjiannya dengan SMF (Sarana Multigriya Finansial)," ujarnya saat berkunjung ke Kontan.co.id, Jakarta, Selasa (15/10).

Menurutnya total dana sekuritisasi sekitar Rp 2 triliun dan diperkirakan cair sebelum Desember 2019. Selain itu, BTN juga akan menerbitkan obligasi subordinasi sebesar Rp 3 triliun.

Meski punya rencana penerbitan surat utang di tahun 2020, Nixon menegaskan pihaknya sedang berupaya untuk mengurangi ketergantungan pendanaan non konvensional. Sebab, menurutnya di tengah kondisi suku bunga saat ini, pendanaan dari DPK cenderung lebih murah dibanding obligasi.

Baca Juga: Bunga kredit bank belum turun, bunga pembiayaan multifinance masih stabil

BTN juga mempunyai rencana jangka menengah untuk mengurangi porsi pendanaan non DPK alias wholesale funding dari 20% menjadi 10% di beberapa tahun ke depan.

Bank lain seperti PT Bank OCBC NISP Tbk juga menyebut masih mempunyai jatah penerbitan obligasi di tahun depan. Namun, Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja menyatakan penerbitan obligasi tersebut baru akan dilakukan jika memang likuiditas tidak dapat memenuhi permintaan kredit.

"Alternatif bukan DPK tetap terbuka, termasuk obligasi," katanya. Asal tahu saja, OCBC NISP memang masih punya jatah untuk menerbitkan obligasi hingga Rp 7 triliun di tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×