Reporter: Bernadette Christina, Ruisa Khoiriyah, Roy F |
JAKARTA. Upaya pembersihan kredit bermasalah di PT Bank BNI Tbk (BBNI) mulai membuahkan hasil. Dalam laporan kinerja tahun 2010 yang dirilis kemarin (16/3), tercatat tingkat pengembalian dana dari hapus buku (write-off) kredit macet tahun lalu Rp 358 miliar.
Tahun lalu bank berlogo angka 46 ini menghapusbukukan senilai Rp 4,45 triliun. Jika digabungkan dengan penyelesaian aset bermasalah sebelum tahun 2010, tingkat recovery kredit macet tahun lalu sekitar Rp 2,17 triliun.
Sebagai perbandingan, tahun 2008, BNI menghapusbukukan kredit macet Rp 4,24 triliun dan menggaet recovery Rp 555 miliar. Tahun 2009, nilai write-off Rp 3,31 triliun dan recovery Rp 742 miliar.
Direktur Utama Bank BNI Gatot M. Suwondo mengungkapkan, strategi recovery kredit melalui restrukturisasi kredit debitur-debitur bermasalah yang kooperatif. Sedangkan kepada kepada debitur bermasalah yang bandel, Bank BNI langsung menjual aset. "Kami mengajukan opsi tersebut kepada debitur untuk mempercepat recovery aset kredit macet," ungkap Gatot, Rabu (16/3).
Kebanyakan kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) Bank BNI berasal segmen menengah. Direktur Bussiness Banking Krishna R. Suprapto menuturkan, langkah pembersihan kredit macet di segmen kredit menengah sudah berlangsung sejak tahun 2008 silam.
Kendati sudah berpeluh keringat membersihkan kredit-kredit busuk dari neracanya, nilai NPL BNI tahun lalu masih cukup besar, yaitu Rp 5,68 triliun. Nilai itu setara 4,3% dari total kredit yang senilai Rp 136,36 triliun.
Mengerek laba
Tahun lalu, BNI sempat menghentikan penyaluran kredit segmen menengah penyumbang NPL terbesar ini, supaya nilai kredit bermasalah ini tidak terus naik. "Tahun lalu, kredit segmen ini menurun 11%," kata Krishna.
Akibatnya, total pertumbuhan kredit Bank BNI tahun lalu hanya 13%. Padahal kredit konsumen naik 46,3%, kredit korporasi tumbuh 21% dan kredit usaha kecil dan menengah naik 20%. Besarnya NPL juga membuat nilai pencadangan NPL menjadi besar. "Makanya laba kami tahun-tahun sebelumnya selalu tertekan," kata Krishna.
Dengan langkah pembersihan tersebut, laba BNI tahun 2010 terangkat naik kembali hingga 65% menjadi Rp 4,06 triliun. "Pos pendapatan bunga naik 64% menjadi Rp 7,06 triliun," imbuh Yap Tjay Soen, Direktur Keuangan BNI.
Pendapatan bunga bersih atau net interest income BNI naik 5% jadi Rp 11,72 triliun. BNI juga tampak lebih efisien, yang terlihat dari penurunan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) menjadi 76% dan cost to income ratio (CIR) menjadi 51,31%. BNI juga mengantongi pelunasan kredit sebesar Rp 6 triliun dari debitur korporasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News