Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Johana K.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah salah satu pelanggan fasilitas kredit bank. Wajar saja, proyek listrik negara memang membutuhkan investasi dana yang besar. Salah satu bank yang cukup agresif mengucurkan kredit pada PLN adalah Bank Negara Indonesia (BNI).
Untuk pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 10.000 Mega Watt, BNI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 8,5 triliun pada PLN Grup sampai saat ini.
"Selain untuk mendukung PLN dan program pemerintah dalam menyediakan sumber energi, pembiayaan di bidang kelistrikan memiliki prospek bisnis yang sangat baik, mengingat kebutuhan energi sangat besar dengan sumber energi yang terbatas,” kata Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo, pada peresmian proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuan, Banten (28/1), seperti dikutip dari rilis perusahaan yang diterima KONTAN.
Untuk proyek pembangunan PLTU Labuan berkapasitas 2 x 315 MW ini, BNI menyalurkan kredit sebesar USD 144,28 juta atau setara dengan Rp 1,37 triliun (Rp 9.500 per USD). BNI berperan sebagai coordinating arranger dan agen fasilitas kredit sindikasi dengan anggota sindikasi BRI yang juga mengucurkan nilai kredit yang sama, USD 144,28 juta.
Sejatinya, proyek seluas 60 ha berlokasi di Kabupaten Pandeglang ini membutuhkan biaya investasi USD 339,48 juta. Untuk memenuhi kebutuhan biaya ini, PLN melakukan pembiayaan sendiri (self financing) USD 50,92 juta (15%) dan sisanya sebesar USD 288,56 juta (85%) melalui kredit bank.
BNI telah aktif dalam turut serta pembiayaan proyek-proyek PLN, termasuk dalam fast track program 10.000 MW, di antaranya PLTU Indramayu, PLTU Rembang PLTU Labuan, PLTU Tanjung Awar-Awar, PLTU Bangka Belitung, PLTU Kalimantan Selatan, PLTU Sulawesi Selatan, PLTU Papua, PLTU Tarahan, PLTU Pangkalan Susu, PLN Pikitring Luar Jawa - Bali, PLN Pikitring Jawa - Bali, dan Transmisi Gardu induk Areva.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News