Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menilai, sektor industri manufaktur masih mempunyai potensi besar untuk berkembang. Hal ini sejalan dengan data industri manufaktur yang sudah tumbuh membaik pada awal 2017.
Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI mengatakan BNI akan memanfaatkan momentum tersebut dengan fokus ke industri manufaktur yang mempunyai rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) rendah.
"Ini sejalan dengan bisnis bank pada tahun ini yang akan melakukan ekspansi pada pasar yang spesifik di sektor yang dipulih untuk menhaga kualitas dan yield," ujar Herry kepada KONTAN, Minggu (6/8).
Menurut Herry, sektor manufakatur sektor menengah bisa menjadi alternatif mendorong meningkatna pembiayaan BNI di industri manufaktur.
Beberapa industri yang masih potensial antaranya adalah makanan dan minuman, alat angkut, dan kelautan.
Sampai semester I-2017, sumbangan kredit manufaktur terbesar adalah dari industri kimia dan farmasi dengan porsi 12,5% atau Rp 8,7 triliun. Kedua makanan dan minuman sebesar 12% dari total kredit manufaktur atau Rp 8,4 triliun.
Untuk pertumbuhan kredit manufaktur khususnya makanan dan minuman dalam satu tahun terahir tercatat sebesar 17% dibanding semester I-2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News