kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

BPJS Kesehatan masih defisit


Rabu, 06 Mei 2015 / 10:38 WIB
BPJS Kesehatan masih defisit
ILUSTRASI. Helikopter militer Houthi melayang di atas kapal kargo Galaxy Leader saat pejuang Houthi berjalan di dek kapal di Laut Merah dalam foto yang dirilis 20 November 2023.


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Selama tiga bulan pertama tahun ini, ada potensi terjadi ketidakcocokan atau mismatch antara iuran yang diperoleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan biaya manfaat yang dikucurkan.  Riduan, Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan mengatakan, BPJS Kesehatan memperoleh iuran rata-rata sebesar Rp 4 triliun setiap bulan di triwulan pertama 2015. Artinya per Maret 2015, BPJS Kesehatan menghimpun iuran sebanyak Rp 12 triliun.

Padahal, Riduan memproyeksikan, BPJS akan membayar biaya manfaat sekitar
Rp 13 triliun pada saat yang sama. "Hitung saja, setiap bulan itu mendapat iuran sekitar Rp 4 triliun, sementara kisaran biaya manfaat Rp 13 triliun," tandas Riduan kepada KONTAN, Selasa (5/5).

Sehingga, timbul potensi mismatch antara jumlah iuran yang dihimpun dengan biaya manfaat yang dikeluarkan, yakni sekitar Rp 1 triliun pada kuartal pertama. Pemerintah membayar iuran Rp 4,8 triliun pada kuartal pertama. Sisanya merupakan pembayaran non penerima bantuan iuran (PBI).

Meskipun enggan menjelaskan secara gamblang porsinya, Riduan berkata, mayoritas biaya manfaat mengalir kepada peserta non penerima bantuan iuran, terutama kalangan pekerja bukan penerima upah (PBPU).

Pada akhir tahun 2014, BPJS Kesehatan juga mengalami mismatch. Tercatat, BPJS memperoleh iuran sekitar
Rp 40,72 triliun. Sedangkan biaya manfaat yang harus mereka keluarkan mencapai
Rp 42,65 triliun, sehingga, terjadi mismatch sebanyak
Rp 1,93 triliun. "Kami memproyeksikan mismatch akan bisa dipenuhi dari suntikan pemerintah," kata Riduan.

Sebelumnya, pemerintah berjanji akan memberikan suntikan dana sebanyak Rp 5 triliun. Dana tersebut akan dikucurkan sebanyak dua kali. Tahap pertama sebanyak Rp 3,46 triliun.

Meskipun berpotensi mengalami defisit di kuartal pertama tahun ini, Riduan optimistis, target tahun 2015 dapat tercapai. BPJS Kesehatan mematok target perolehan iuran Rp 55 triliun dengan pembayaran biaya manfaat sekitar Rp 54,04 triliun.

Seiring dengan harapan pertumbuhan tersebut, BPJS juga berharap jumlah peserta jaminan kesehatan nasional dapat menggemuk hingga 168 juta jiwa di akhir tahun nanti. "Pada tahun 2014, kami hanya menargetkan 122 juta peserta. Tapi hasilnya 133 juta orang," kata Riduan.

Irfan Humaidi, Kepala Departemen Komunikasi dan Hubungan Masyarakat BPJS Kesehatan menambahkan, umumnya jumlah peserta, iuran dan biaya manfaat akan membesar menjelang akhir tahun. Sehingga, ia yakin, target BPJS Kesehatan tahun 2015 dapat terwujud. "Makin ke akhir tahun makin banyak peserta dan iuran. Termasuk klaim," katanya.

Meski ada defisit iuran terhadap klaim, BPJS Kesehatan mencetak imbal hasil investasi ciamik pada kuartal pertama lalu. "Perkiraan yield on investment bruto dari dana jaminan sosial per Maret 2015 itu 16%. Kira-kira sama dengan tahun lalu, polanya sama," kata Irfan

Mayoritas DJS masih mengalir ke obligasi, yakni sekitar 82%. Lalu diikuti oleh surat utang negara (SUN) sebanyak 11% dan deposito 7%.

Dana investasi BPJS sendiri mencapai imbal hasil bruto sekitar 14%. "Lebih banyak ke deposito dan obligasi, termasuk pendapatan tetap hampir 60%. Sisanya non pendapatan tetap yaitu di reksa dana dan saham," imbuh Irfan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×