Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengklaim telah menyalurkan kredit UMKM sebesar 67,4% dari total kredit UMKM nasional. Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan bahwa BRI melihat kecenderungannya selama 4 bulan hingga 5 bulan kredit usaha mikro dan kecil BRI masih dan posisinya sudah mencapai di atas sebelum adanya Covid.
“Angka pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa para pelaku UMKM telah recovery. Tinggal bagaimana kita menjaga kondisi pengendalian Covid-19 ini agar semakin baik dengan tetap menjaga disiplin protokol kesehatan,” ujar Supari dalam keterangan tertulis pada Selasa (30/11).
Dari laporan publikasi BRI hingga kuartal III tahun 2021, tercatat kredit UMKM tumbuh 12,5% yoy sehingga nominalnya kini telah mencapai Rp848,6 triliun.
Supari menyebut, kapasitas menabung pelaku UMKM sudah mulai menanjak. Pihaknya menggambarkan, sebelum pandemi persentase pertumbuhan mencapai 16%.
Baca Juga: Harga saham BBCA & BBRI kompak menghijau pada perdagangan bursa Senin (29/11)
Kemudian mengalami penurunan pada 2020 menjadi 5,8%. Hingga kuartal ketiga 2021 persentase pertumbuhannya sekitar 6,3%. Dia memproyeksikan tren ini akan terus meningkat dan tahun depan pertumbuhannya sudah akan mendekati pre-covid.
Hasil riset dari Indeks UMKM BRI pun menunjukkan akan ada proyeksi pertumbuhan yang sangat atraktif pada triwulan IV 2021. Apabila kondisi ini bisa dipertahankan, maka pertumbuhan UMKM pada 2022 akan semakin membaik.
“Jika hal tersebut terjadi maka sesungguhnya akan ada percepatan recovery. Saya memprediksi semester II-2022 itulah nanti benar-benar para pelaku UMKM mengalami kondisi seperti pre-covid, yang prediksi awalnya sesungguhnya terjadi pada kuartal pertama 2023. Jadi kami perkirakan pemulihannya akan berlangsung lebih cepat,” tegasnya.
BRI juga mendorong para pelaku UMKM semakin adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnisnya. BRI juga telah mempunyai framework pemberdayaan yang sangat terstruktur.
Pemberdayaan tersebut dimulai dari literasi dasar, literasi bisnis untuk meningkatkan kapasitas, maupun literasi digital untuk semakin beradaptasi terhadap kebutuhan bisnis di tengah pandemi. BRI memiliki model bisnis yang sangat efisien, dimana para pelaku UMKM dapat melakukan self assessment untuk meningkatkan skala usaha.
Pada triwulan III tahun 2021, BRI juga telah selesai melakukan proses Holding Ultra Mikro. Sehingga 22 juta data dari pelaku usaha mikro dan ultra mikro dapat terintegrasi.
Baca Juga: Perbaiki struktur liabilitas, biaya dana BRI sentuh 2,14%
“Hari ini kami sudah mengintegrasikan data dengan lembaga-lembaga terkait dan kemarin kami sempat juga ekspos di media bahwa kami sudah terhubung dengan Kementerian Investasi untuk digitalisasi dan integrasi proses mendapat perizinan NIB dan juga sertifikasi halal,” tambah Supari.
Dalam model pemberdayaan, BRI pun melengkapi modul-modul yang bisa diakses secara digital melalui Link-UMKM. Hal tersebut, diperkuat dengan kolaborasi antar Lembaga.
Sehingga pemberdayaan-pemberdayaan UMKM dapat dilakukan secara langsung seperti melalui jejaring rumah BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM, beberapa asosiasi dan pihak-pihak universitas dan instansi yang mengelola lembaga-lembaga inkubasi.
Untuk menajamkan pemberdayaan, perseroan pun memperkuat klaster bisnis binaan. Saat ini BRI telah memiliki 11.000 lebih klaster bisnis binaan dengan tempat bisnis yang menjadi ikon, produk unggulan dari desa, dan juga pengembangan entitas-entitas lainnya.
BRI pun memiliki program yang memudahkan akses terhadap pasar seperti bazar mini yang rutin dilakukan di seluruh Indonesia, dengan tentunya mengedepankan protokol kesehatan.
Baca Juga: KPR BRI tumbuh 10% yoy hingga kuartal III-2021, optimistis terus naik ke depan
“Tujuannya adalah untuk memperluas akses pasar mereka dan juga bagian kami untuk mengedukasi mereka dengan cara-cara berjualan yang kekinian tentunya, online kemudian juga membentuk cashless society,” imbuh Supari.
Selain itu, BRI memfasilitasi pasar.id sebagai terobosan solusi bagi para pedagang pasar di masa pandemi yang tidak bisa berjualan secara langsung. Saat ini sekitar 6.850 pasar sudah tergabung dalam platform ini. Platform ini pun dikelola oleh para pedagang pasar secara langsung sehingga sarat dengan kearifan lokal.
BRI pun tengah memperkuat ekosistem komoditas. Sehingga diharapkan menciptakan efisiensi dan mendorong kestabilan harga. Salah satunya, BRI telah mulai masuk ke ekosistem telur di beberapa daerah, dan akan melakukan ekspansi ke komoditas jagung, ikan, susu, kopi dan bawang merah.
“Harapannya, platform ini dapat menjaga stabilitas harga atau tidak setidaknya kalau harga itu volatile, maka di titik rendah sekalipun masyarakat para pelaku usaha masih bisa menikmati keuntungannya,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News