Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua bank kategori bank umum kelompok usaha (BUKU) III berencana melakukan sekuritisasi lewat instrumen efek beragun aset (EBA) tahun ini. Kedua bank tersebut yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dan PT Bank Bukopin Tbk.
Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan pihaknya mengincar dana sekitar Rp 2 triliun dari aksi korporasi yang bakal dilangsungkan pada kuartal I 2019 ini.
Adapun, skema EBA BTN kali ini berwujud sekuritisasi kredit pemilikan rumah (KPR) sintetik. Artinya, alternatif pendanaan ini menjaminkan future cash flow. Sekuritisasi tersebut nantinya akan dilakukan dengan PT Sarana Multiguna Finansial (SMF).
"KIK EBA Sintetik jadi yang disekuritisasi future cash flow dari interest income sebagai portofolio KPR," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (22/2). Iman menjelaskan, seluruh dana yang diperoleh dari aksi korporasi tersebut bakal digunakan untuk mendorong pendanaan realisasi kredit baru BTN di tahun 2019 yang ditarget naik 15%.
Asal tahu saja, BTN merupakan bank yang paling aktif melakukan sekuritisasi dalam bentuk KIK EBA dan EBA SP. "Jadi rencana KIK EBA sintetik ini akan menjadi yang ke 12 kali dengan total EBA yang sudah diterbitkan sebesar Rp 9,65 triliun," sambungnya.
Sementara itu, Bukopin juga berencana menerbitkan EBA dengan kisaran nilai antara Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun. Aset yang akan diagunkan oleh perusahaan adalah tagihan berkualitas milik perseroan seperti KPR dan kredit konsumer dengan kualitas tinggi.
Direktur Keuangan Bukopin Rachmat Kaimuddin menyebut instrumen ini baru akan diterbitkan oleh perseroan pada semester II 2019. Pihaknya memilih untuk memantau kondisi pasar pasca pemilihan umum (Pemilu) yang jatuh pada 17 April 2019.
Di samping itu, menurutnya tahun ini para investor terutama di pasar surat utang juga tengah meneropong kondisi iklim investasi di Tanah Air. "Bayangan kami pasar obligasi seharusnya kondusif, tapi karena tahun 2019 ini tahun politik tentunya investor akan wait and see terlebih dahulu, kita akan lihat juga bagaimana nanti setelah Pemilihan Umum (Pemilu) akan booming,” tuturnya.
Seluruh dana yang diperoleh dalam aksi korporasi ini bakal digunakan untuk menopang rencana ekspansi Bukopin, sekaligus memperkuat likuiditas. Tahun ini, bank bersandi emiten bursa BBKP ini memprediksi pertumbuhan kredit masih akan berada di level satu digit yakni di atas 8%.
Alasan kedua bank ini menerbitkan EBA antara lain karena instrumen EBA relatif lebih menarik bagi investor dibandingkan dengan surat utang lain seperti obligasi. Sebab, instrumen ini didukung oleh aset yang likuid serta resiko yang relatif kecil.
Adapun keuntungan dari sisi penerbit antara lain EBA lebih murah dibandingkan dengan instrumen investasi lain lantaran biaya dananya yang rendah dus penggunaan modal dengan adanya EBA akan lebih efisien. Di sisi lain, Iman juga mengatakan alasan perseroan menerbitkan EBA antara lain untuk diversifikasi sumber pembiayaan.
Meski begitu, bukan berarti EBA tidak memiliki risiko. Beberapa risiko yang mungkin ditimbulkan oleh EBA antara lain risiko suku bunga, artinya EBA akan mengalami fluktuasi harga akibat pengaruh dari perubahan suku bunga, selain itu bila terjadi pelunasan lebih awal dari aset yang diagunkan, maka bisa mempengaruhi imbal hasil (yield) yang diterima.
Tak hanya itu, apabila terjadi gagal bayar pemegang EBA akan mengalami kerugian yang dikarenakan debitur dari aset yang dijaminkan mengalami kebangkrutan atau tidak mampu bayar pada waktunya atas bunga dan pinjaman pokok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News