kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BTN Gelar Rights Issue di Kuartal IV-2022, Dongkrak Rasio Permodalan


Kamis, 14 Juli 2022 / 18:34 WIB
BTN Gelar Rights Issue di Kuartal IV-2022, Dongkrak Rasio Permodalan
ILUSTRASI. Bank BTN siap menggelar rights issue senilai Rp 5 triliun pada kuartal IV 2022.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank BTN siap menggelar rights issue senilai Rp 5 triliun pada kuartal IV 2022. Diharapkan aksi korporasi tersebut bisa meningkatkan rasio permodalan (CAR) tahun ini. 

Jika rights issue sukses, Direktur Keuangan BTN, Nofry Rony Poetra memperkirakan rasio CAR BTN bisa sekitar 20,21%. Nilai itu naik dari CAR BTN per Maret 2022 sebesar 18,15%. 

"Ini tentunya peluang bagi BTN untuk meningkatkan jumlah unit rumah yang bisa direalisasikan dari awalnya tanpa rights issue bisa 200.000-250.000 unit. Dengan rights issue, kami bisa hampir 300.000 unit rumah," kata Nofry, dalam diskusi secara daring, Kamis (14/7). 

Baca Juga: BTN Sekuriti Aset KPR Rp 2 Triliun, Bisa Jadi Alternatif Investasi Investor

Untuk saat ini, bank pelat merah ini masih menunggu kepastian dari Kemenkeu dan Kementerian BUM terkait nilai penyertaan modal negara (PMN).

"Kenapa harus akhir tahun, karena itu bagian dari proses rights issue. Kita mulai dulu dari PMN,"  ungkapnya. 

Kemudian perusahaan melakukan beberapa penunjukan lembaga penunjang dan melihat perkembangan kondisi market. Meski demikian, Nofry yakin rights issue kali ini bisa sukses seperti tahun - tahun sebelumnya. 

"Kami percaya akan diserap oleh market, karena kami sudah test case juga beberapa tahun lalu, dengan kami masuk ke market awal tahun. Walau sebenarnya, awal tahun dan akhir tahun hampir sama kondisi marketnya," tutupnya. 

Sebelumnya, BTN menerbitkan Junior Global Bond pada 2020 dan berhasil mencatatkan kelebihan permintaan hingga 12,3 kali atau mencapai US$ 3,6 miliar. Padahal, perusahaan hanya menerbitkan US$ 300 juta, atau setara Rp 4,2 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×