Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Ke depan, kita akan melihat wajah baru bisnis PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN). Wakil Direktur Utama BTPN Ongky Wanadjati Dana menyampaikan, pihaknya akan bergeser ke bisnis usaha kecil dan menengah (UKM) dari fokus utama kredit pensiunan dan mikro. Alasan perusahaan masuk UKM, karena pasar yang masih potensial.
"Kami membidik pertumbuhan kredit UKM sebesar 40%-50% di tahun ini," kata Ongky, Kamis (31/3). Artinya, perusahaan menargetkan membukukan kredit UKM sebesar Rp 9,16 triliun-Rp 10,30 triliun per akhir 2016 dibandingkan realisasi UKM tahun lalu sebesar Rp 6,86 triliun. Perdagangan masih menjadi sasaran segmen kredit UKM.
BTPN yang mulai beralih ke kredit UKM akan membuat pergeseran margin. Pasalnya, tingkat bunga kredit UKM lebih rendah ketimbang bunga kredit mikro. Saat ini, BTPN menetapkan tingkat bunga UKM sebesar 12%-13%, sedangkan bunga mikro di atas 20% tergantung dari tingkat agunan. Dari bisnis mikro, BTPN memperoleh margin tebal.
Sebagai pemain anyar di bisnis UKM, BTPN akan lebih selektif dalam menyalurkan kredit ini agar rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tetap terjaga sejak awal bermain. BTPN mencatat rasio NPL untuk UKM di bawah 1%. "Bisnis ini masih baru jadi rasio NPL masih rendah. Dan target bisnis juga tinggi," ucap Ongky.
Bagaimana dengan kredit mikro dan pensiunan di tahun ini? Kredit mikro akan tumbuh rendah, karena bisnis komoditas yang lesu mulai merembet ke usaha mikro. Tanpa menyebutkan angka, Ongky bilang, kredit mikro akan tumbuh datar pada 2016. Adapun, perusahaan menyalurkan kredit mikro hingga Rp 8,73 triliun per Desember 2015.
Begitu pula dengan kredit pensiunan diperkirakan tumbuh lebih rendah pada tahun ini. BTPN membidik kredit pensiunan hanya tumbuh 7%-8%. Dengan target tersebut, maka BTPN akan mencatat kredit pensiunan sebesar Rp 40,53 triliun-Rp 40,91 triliun per akhir tahun 2016 dibandingkan posisi Rp 37,88 triliun pada akhir 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News