Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Bank Bukopin menjadi pencetak 'rekor' rasio kredit bermasalah alias Non Performing Loan (NPL) Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di antara enam bank penyalur KUR hingga September 2009, Bukopin mencatat tingkat NPL paling tertinggi.
Per akhir September 2009 lalu, NPL KUR Bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Yayasan Bulog tersebut melejit hingga mencapai 11,2%. Sedangkan penyaluran KUR Bukopin sebesar Rp 664,8 miliar, naik 16,84% dari Agustus senilai Rp 569 miliar.
Tingginya NPL Bank Bukopin itu, menyalip rasio NPL BRI yang biasanya menempati posisi teratas. Untuk periode yang sama, NPL KUR bank beraset terbesar kedua di tanah air tersebut hanya sebesar 6,65%. Perinciannya, untuk NPL BRI KUR Ritel sebesar 6,23% dan BRI KUR Mikro 7,07%.
Adapun Bank Syariah Mandiri menguntit di tempat ketiga pemilik rasio NPL KUR terbesar per September, yakni sebesar 5,45%. Sedangkan induknya, yaitu Bank Mandiri mencatat tingkat kredit bermasalah untuk KUR sebesar 4,96%.
Meski menilai rata-rata NPL KUR masih relatif aman, toh pemerintah tetap meminta perbankan untuk lebih serius menjaga tingkat kredit bermasalah kredit yang memiliki plafon terendah mulai dari Rp 5 juta tersebut. "Bank harus bisa menjaga NPL tidak naik terus," kata Kepala Sub Bidang Pendanaan KUKM Kementrian Negara Koperasi dan UKM Mohammad Hasyim, Senin (9/11).
Sebelumnya, Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengumumkan, hingga akhir September 2009, rasio NPL KUR telah mencapai 5,96%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News