Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Bank Syariah Bukopin (BSB) menjadi salah satu sub agen penjual sukuk negara ritel seri SR-004. Manajemen berharap, kerjasama dengan PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas (AAA Securities) itu meningkatkan pendapatan non-bunga sehingga dapat mengerek laba.
BSB menargetkan penjualan sukuk senilai Rp 120 miliar. Dari penjualan itu, BSB mendapatkan komisi. Nilainya kira-kira sebesar 10% dari target laba bersih tahun ini. "Penjualan sukuk ritel ini dapat menggenjot pos pendapatan non bunga kami," ujar Riyanto, Direktur Utama BSB usai penandatanganan kerja sama dengan AAA Securities, Senin (27/2). Pada 2011 lalu, BSB dan AAA Securities juga bekerja sama dalam penjualan Sukuk SR 003.
Riyanto optimistis, bisa mengulangi kesuksesan tahun lalu. Maklum, masyarakat masih meminati produk ini karena aman dan likuid. Dari sisi kuponnya akan tetap menarik, kendati tidak bakal lebih tinggi dari tahun lalu. Merujuk Sukuk 003, pemerintah menetapkan kupon 8,15%.
Banyak kalangan memperkirakan, kupon sukuk tahun ini berkisar antara 6,2% hingga 6,5%. Maklum bunga acuan dan inflasi makin rendah. Profil risk surat utang negeri ini juga makin membaik, seiring digaetnya status investment grade. Selain itu, likuiditas sedang membanjir sehingga memperbesar sisi demand. Selain BSB, pemerintah juga menunjuk 24 sub agen.
Sekadar informasi, pemerintah menerbitkan sukuk ritel dengan jangka waktu 3,5 tahun. Investor dapat membeli SR-004 senilai minimal sebesar Rp 5 juta dan maksimal Rp 5 miliar. Ketentuan batasan maksimal ini terbilang baru, agar jumlah investor sukuk bertambah banyak.
Instrumen ini mulai ditawarkan pada 5-16 Maret 2012 mendatang. Pemerintah akan menetapkan kupon pada tahap bookbuilding. "Diharapkan imbal hasilnya 6,2%," kata Andri Rukminto, Direktur Utama AAA Securities.
Hingga 31 Desember 2011 lalu, BSB membukukan laba bersih (unaudited) sebesar Rp 15,10 miliar atau melejit 47,59% dibandingkan realisasi 2010. Sepanjang tahun ini anak usaha Bukopin mematok pertumbuhan laba 30% atau Rp 19 miliar. Dari sisi dana pihak ketiga, BSB mengantongi Rp 2,29 triliun, naik 41,3%. Pembiayaan meningkat 20% menjadi Rp 2 triliun.
BSB menargetkan, tahun ini pertumbuhan bisnis antara 30% - 40%. Portofolio pembiayaan akan dtopang sektor korporasi sebanyak 60%, dan sisanya berasal dari ritel dan UMKM. "Dalam 3-4 tahun ke depan, kami ingin menggeser porsi pembiayaan korporasi ke ritel dan UMKM menjadi masing-masing 40% dan 60%," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News