kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bunga deposito naik, beban bunga bank ikut terkerek


Selasa, 24 Juli 2018 / 18:21 WIB
Bunga deposito naik, beban bunga bank ikut terkerek
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah Bank Jatim


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) berdampak pada tingginya peningkatan beban bunga perbankan. Maklum, saat bunga BI naik, bank harus menyesuaikan suku bunga dana seperti deposito.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) misalnya mencatatkan beban bunga naik 7,01% secara tahunan dari Rp 604,37 miliar menjadi Rp 647,37 miliar pada semester I 2018.

Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha mengatakan kenaikan bunga tersebut dikarenakan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di semester I 2018 lebih deras dibanding kenaikan kredit. Per semester I 2018 lalu, DPK Bank Jatim tumbuh 17,35% secara year on year (yoy) menjadi Rp 49,51 triliun. Sementara kredit Bank Jatim baru tumbuh 5,34% menjadi Rp 32,11 triliun pada paruh pertama 2018.

"Kenaikan biaya bunga dikontribusikan oleh kenaikan DPK 17,35%. Dari suku bunga relatif stabil tapi growth DPK memang tinggi," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (24/7).

Ini pula yang membuat bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini memproyeksikan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) bakal menyusut tahun ini. Ferdian mengatakan, proyeksi NIM pada tahun ini sebesar 6,45%. Jumlah tersebut susut 23 basis poin (bps) dari pencapaian tahun 2017 yang mencapai 6,68%.

Perujuk pada laporan keuangan semester I 2018, NIM Bank Jatim teleh menciut menjadi 6,41% dari 6,98% di semester I 2017. Penurunan NIM ini karena suku bunga kredit tumbuh lebih pelan dibandingkan kenaikan bunga dana pasca BI menaikkan tingkat suku bunganya di bulan Mei dan Juni 2018 lalu.

Alih-alih mengantisipasi beban bunga agar tak terlalu tinggi, bank berlogo emiten BJTM ini berencana menekan pertumbuhan DPK termasuk dari sisi dana mahal. "Target pertumbuhan DPK hanya 10%, sehingga dana-dana deposito tahun ini tidak diproritaskan atau dikomunikasikan sehingga tidak mengalami kenaikan," jelasnya.

Strategi ini juga untuk mendongkrak porsi dana murah atau CASA Bank Jatim agar selalu terjaga di atas 70%. "NIM diproyeksikan turun karena dampak persaingan bunga kredit, terutama kredit produktif dan juga kredit usaha rakyat (KUR)," kata Ferdian.

Meski beban bunga tumbuh tinggi, Bank Jatim tetap membukukan kenaikan laba bersih di paruh pertama 2018. Tercatat laba bersih di semester I 2018 naik 5,01% secara yoy dari Rp 722,1 miliar menjadi Rp 758,27 miliar.

Tak hanya Bank Jatim, bank dengan skala lebih kecil seperti PT Bank Dinar Indonesia Tbk juga mencatatkan kenaikan beban bunga. Hanya saja, kenaikan beban bunga Bank Dinar lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pendapatan bunga. Tercatat, beban bunga Bank Dinar hanya naik 1,51% di semester I 2018 menjadi Rp 59,31 miliar. Sementara pendapatan bunga tumbuh lebih tinggi yakni 5,04% menjadi Rp 101,71 miliar.

Meski begitu, Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie mengungkapkan, kenaikan beban bunga ini juga berdampak pada biaya dana atau cost of fund. Menurutnya, biaya dana per Juni 2018 tercatat 6,17% naik dibandingkan Juni 2017 sebesar 6,15%. "Kenaikan ini karena kami harus melakukan penyesuaian deposito karena bunga yang naik. Utamanya karena bunga acuan BI naik," katanya.

Namun, seiring dengan kenaikan beban, pendapatan bunga Bank Dinar juga akan meningkat. Sebab, pada Agustus 2018, Bank Dinar akan menaikkan bunga kredit sebanyak 0,25% hingga 0,5%. "Kami per 1 Agustus akan lakukan penyesuaian lending rate 0,25% sampai 0,5% karena deposito sudah naik sejak Juni 2018," tuturnya.

Selain biaya dana yang meningkat, kenaikan beban bunga ini juga berdampak pada NIM. Berdasarkan laporan keuangan Bank Dinar pada semester I 2018, NIM bank ini tercatat 4,26%. Margin ini menurun 19 bps dari posisi semester I 2017 yang mencapai 4,45%. "Sampai akhir tahun, NIM kami target di level 4,49%," jelasnya.

Sebagai tambahan informasi, sepanjang paruh pertama 2018, Bank Dinar membukukan laba Rp 5,15 miliar. Laba tersebut turun 24,7% dibandingkan periode sama tahun 2017 sebesar Rp 6,84 miliar.

Adapun, kredit Bank Dinar hanya tumbuh tipis 2,27% dari Rp 1,32 triliun menjadi Rp 1,35 triliun. Laju penyaluran kredit ini lebih lambat ketimbang penghimpunan dana nasabah. Bank Dinar mencatata kenaikan DPK dari Rp 1,63 triliun menjadi Rp 1,77 triliun atau tumbuh 8,58%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×