Reporter: Albar Maulana, Selvi Mayasari | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati Bank Indonesia telah menurunkan bunga acuan beberapa kali di tahun ini hingga ke level 4,75%, nyatanya mayoritas perbankan belum juga menurunkan bunga kreditnya, terutama di segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Hal ini bisa berpotensi menimbulkan potensi perebutan nasabah existing yang telah memiliki KPR. Alhasil, tren take over KPR dari satu bank ke bank lain akan ramai terjadi.
Executive Vice President (EVP) Consumer Loan BCA, Welly Yandoko pun mengamini, dengan adanya awareness masyarakat yang semakin luas mengenai KPR take over serta promo yang ditawarkan oleh bank, membuat adanya peningkatan tren permintaan take over.
"Salah satu pertimbangannya memang disebabkan adanya kenaikan angsuran yang signifikan karena perpindahan dari suku bunga fixed ke floating," kata Welly kepada kontan.co.id, Jumat (26/9/2025).
Menurut Welly, di BCA, kondisi suku bunga floating KPR cukup stabil sejak sekitar 10 tahun terakhir di angka 11%, hal ini menurut Welly seharusnya membuat debitur existing KPR BCA sudah memperkirakan kenaikan cicilan yang disebabkan oleh perpindahan suku bunga fixed ke floating ini sehingga mengurangi kemungkinan adanya permintaan take over ke bank lain.
Welly menuturkan, sejauh ini, permintaan nasabah yang mengalihkan pinjaman dari bank lain ke KPR BCA relatif masih kecil, namun memang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Kredit Rumah Kian Melambat, Nasabah Tunggu Bank Turunkan Bunga
"Outstanding take over di Agustus 2024 sebesar Rp 6,49 triliun, adapun outstanding take over Agustus 2025 sebesar Rp 8,36 triliun. Sehingga permintaan takeover meningkat 28,8% yoy," jelas Welly.
Sedangkan kata Welly, untuk jumlah KPR di BCA yang melakukan pelunasan karena pindah ke bank lain, angkanya jauh lebih kecil lagi.
"Namun, melihat semakin pesatnya informasi mengenai take over di berbagai social media maupun campaign dari beberapa bank, membuat kemungkinan permintaan take over akan makin meningkat di masa yang akan datang," katanya.
Beberapa strategi yang dilakukan oleh KPR BCA untuk mengatasi hal tersebut, seperti pada saat penawaran, KPR BCA selalu memberikan informasi di depan kepada nasabah mengenai pemberlakuan bunga dan besaran angsuran yang harus dibayarkan.
Termasuk bila suku bunga fixed berakhir dan berubah ke suku bunga floating, sehingga nasabah bisa mengantisipasi di awal bila terjadi perubahan besaran angsuran.
Selain itu, jika ada nasabah yang tidak ingin mengalami kenaikan angsuran yang cukup signifikan pada saat perpindahan bunga fix ke floating, maka dapat memilih jenis suku bunga fixed berjenjang dari KPR BCA yang menawarkan kenaikan suku bunga secara bertahap untuk jangka waktu yang panjang sampai dengan 10 tahun.
"Untuk debitur existing yang memiliki kecenderungan pindah ke bank lain, kami akan melakukan konsultasi mendalam untuk mengetahui alasan debitur tersebut ingin pindah," tambahnya.
Bank ini membukukan pertumbuhan KPR 8,4% secara tahunan (yoy) menjadiRp 137,6 triliun di semester I-2025.
Baca Juga: Suku Bunga KPR Masih Tinggi, Tren Take Over Nasabah Berpotensi Meningkat
Sementara Ramon Armando, Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara (BTN) mengaku, secara umum BTN terus mencatat kenaikan pengajuan kredit serta penyaluran KPR, bahkan saat ini nilai pipeline (kredit yang siap dicairkan) di BTN mencapai sekitar Rp30 triliun.
"Sehingga pergerakan take over yang dikarenakan tingkat suku bunga sangat kecil sekali," ujar Ramon.
Ramon menerangkan, bahwa BTN termasuk bank yang kenaikan floating ratenya berjenjang setiap tahun dan tidak mencuat dengan tiba-tiba karena BTN tetap mengedepankan pentingnya manajemen risiko. Kenaikan floating rate yang mencuat tiba-tiba akan mengakibatkan penurunan kualitas kredit.
BTN juga telah mengupayakan penurunan bunga kredit dengan menawarkan bunga promo KPR non-subsidi sebesar 2,65% fixed (tetap) selama 3 tahun dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Menurut Ramon, dengan tingkat bunga KPR promo yang sangat rendah tersebut, sebetulnya BTN tidak mendapatkan margin keuntungan apapun selama tiga tahun pertama.
Baca Juga: BTN Luncurkan Program Merdeka, Ada KPR Bunga Mulai 2,65% dan Kredit Renovasi
"Tentunya bunga promo ini tidak berlaku untuk KPR subsidi karena bunganya memang sudah dipatok pemerintah di level 5%," katanya.
Pada semester I-2025, BTN mencatatkan penyaluran KPR subsidi naik 6,5% menjadi Rp182,17 triliun, sedangkan KPR non-subsidi tumbuh 8,8% menjadi Rp110,72 triliun.
Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, saat floating rate masih tinggi maka normal jika nasabah lebih aktif melakukan take over KPR ke bank yang menawarkan promo suku bunga tetap rendah (1-5 tahun fixed rate).
"Bagi bank yg menawarkan bunga lebih menarik maka trennya adalah banyak yang masuk atau pindah ke bank tersebut, demikian juga bagi bank yang membuat floating rate masih tinggi maka trennya adalah nasabah akan keluar mencari bank yang menawarkan lebih rendah," ungkap Trioksa.
Dalam menyiasati hal ini, bank disarankan perlu menyesuaikan bunga secara bertahap, memberikan retention program seperti diskon-diskon biaya, memberikan kemudahan layanan bagi nasabah existing untuk top up pinjaman dan cross selling produk bank lainnya.
Baca Juga: Penurunan BI Rate Buka Peluang Turunnya Bunga KPR, tapi Terganjal Biaya Dana
Selanjutnya: Live Streaming Barcelona vs Real Sociedad, Prediksi dan Jadwal La Liga Spanyol
Menarik Dibaca: Tips Praktis Nutrisi Anak Gen Alpha Lewat Susu & Mikronutrien
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News