kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ceruk masih luas, perbankan genjot fee dari bancassurance


Senin, 17 Desember 2018 / 07:00 WIB
Ceruk masih luas, perbankan genjot fee dari bancassurance


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tren peningkatan bunga acuan dan tergerusnya margin akibat kenaikan biaya dana, perbankan mulai mendongkrak fee based income (FBI) guna mempertahankan kinerja keuangan.

Salah satu sumber FBI alias pendapatan berbasis komisi yang masih menggiurkan menurut perbankan berasal dari bisnis bancassurance.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang mengatakan sampai dengan November 2018 setidaknya fee based dari bancassurance sudah mengalami kenaikan 24% secara year on year (yoy) dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Direktur BCA Santoso Liem mengatakan, ke depan potensi pertumbuhan fee di bisnis ini masih sangat besar. Salah satunya didukung dari masih luasnya ceruk pasar yang bisa digali oleh perbankan.

Walau tidak merinci secara nominal, Santoso mengungkapkan pihaknya menargetkan setidaknya pertumbuhan lebih besar untuk tahun depan yakni di kisaran 30% sampai 35% untuk produk non investment (protection product) bancassurance BCA.

"Tahun depan akan tumbuh lebih besar, sementara strategi bisnis kami akan banyak masuk ke produk-produk bancassurance non investment related," paparnya kepada Kontan.co.id, Minggu (16/12).

Saat ini setidaknya BCA memiliki tiga perusahaan asuransi yang menjadi mitra dalam bisnis bancassurance. Dua di antaranya merupakan anak usaha BCA yaitu BCA Life yang berfokus pada layanan asuransi jiwa dan BCA Insurance yang bergerak di bidang asuransi kerugian/umum.

Mitra lainnya yakni PT AIA Financial yang menawarkan berbagai produk asuransi, termasuk asuransi dengan prinsip syariah. "Ada beberapa mitra, yang terbesar kebanyakan dari AIA dan BCA Life," singkatnya.

Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) juga meyakini bisnis bancassurance masih memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan pertumbuhan fee based.

Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha bilang, belakangan ini pihaknya makin serius mendongkrak bisnis tersebut.

Tahun ini, setidaknya Bank Jatim sudah bekerjasama dengan tiga perusahaan asuransi di antaranya PT Asuransi Jiwasraya, PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG dan PT Equity Life Indonesia.

Lewat Unit Usaha Syariah (UUS), Bank Jatim juga sudah meluncurkan dua produk berbasis syariah pada bulan lalu guna melengkapi kebutuhan nasabahnya.

Lewat cara ini, bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini berharap dapat meningkatkan konstribusi FBI terhadap total pendapatan dari 15% menjadi 25% ke depan. Adapun, Bank Jatim mencatatkan fee yang diperoleh dari Jiwasraya dan Equity sampai dengan September 2018 mencapai Rp 8,65 miliar.

"Saat ini di Bank Jatim growth fee based income dari asuransi sangat tinggi karena baru dijalankan tahun lalu. Kalau industri memang lebih selektif memilih mitra dikarenakan ada beberapa asuransi yang mengalami kesulitan permodalan atau hasil investasi kurang baik," ujar Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha.

Setali tiga uang, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga terus memupuk FBI dari bisnis bancassurance. Direktur Konsumer BTN Budi Satria mengungkapkan sampai November 2018 perolehan FBI BTN cukup relatif tinggi.

Menurutnya, dari total target sebesar Rp 65 miliar, per November 2018 pihaknya sudah berhasil meraup lebih dari 80% jumlah tersebut atau sekitar Rp 52 miliar.

"Sampai akhir tahun kami optimistis angka tersebut akan mencapai 100%," katnaya. Budi juga mengatakan pihaknya melihat bisnis bancassurance masih terbuka lebar dan diprediksi perolehan FBI dari bancassurance akan semakin besar di tahun depan.

Untuk dapat lebih menjangkau nasabahnya, BTN lewat UUS-nya juga meluncurkan produk bancassurance berbasis syariah dengan menggandeng PT FWD Life Indonesia.

Lewat produk tersebut, Pemimpin Divisi Syariah BTN Joni Prasetyanto mengatakan BTN menargetkan untuk setahun pertama total premi yang diserap mampu mencapai Rp 30 miliar. Dari jumlah tersebut, pihaknya menargetkan pendapatan berbasis komisi alias fee based income dari bancassurance sebesar Rp 4 miliar.

Jumlah tersebut lebih optimistis dibandingkan target yang diberikan oleh BTN konvensional sebesar Rp 3 miliar. "Kalau syariah dikasih target Rp 3 miliar, tapi ekspektasi kita lebih tinggi bisa Rp 4 miliar fee based-nya," katanya.

Nantinya, segmen pasar yang bakal disasar oleh BTN antara lain nasabah dengan risiko pekerjaan yang tinggi semisal Polri, TNI, atlet dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×