Reporter: Nina Dwiantika |
JAKARTA. Bank asing memprediksi peluang kredit korporasi masih terbuka lebar. Meskipun sektor ini paling rentan terpengaruh krisis global, Citibank Indonesia, misalnya, membidik pertumbuhan bisnis corporate and investment banking sebesar 10% pada 2013 ini. Target ini lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan sebelumnya sebesar 45%.
Head of Corporate and Investment Banking Citi Indonesia, Kurnady Lie, mengatakan, pasar kredit korporasi di sektor sumber daya alam masih potensial untuk digelontorkan kredit. Misalnya tambang, batu bara, oil dan gas, manufaktur, dan minyak kelapa sawit. Meskipun tahun lalu permintaan sektor komoditas menurun, namun tahun ini akan ada kenaikan.
Manajemen juga membidik sektor lainnya seperti consumer goods dan telekomunikasi. "Kami menyiapkan plafon kredit korporasi US$ 1 miliar sepanjang tahun 2013," katanya, Kamis (21/2).
Portofolio pinjaman korporasi valuta asing (valas) mendominasi atau mencapai 60% dari total kredit. Sisanya 40% dalam rupiah. Meski porsinya paling besar, perseroan sangat selektif memberikan pinjaman valas.
Misalnya hanya menyediakan kredit valas bagi perusahaan yang berpendapatan valas. "Kebanyakan korporasi lebih memilih kredit valas karena bunga kreditnya lebih murah dibandingkan rupiah," tambahnya.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per Desember 2012, suku bunga rata-rata kredit bank umum dalam valas sebesar 4,08% pada kredit modal kerja (KMK), 5,03% kredit investasi (KI) dan 4,33% untuk kredit konsumsi (KK). Sedangkan, rupiah 11,50% untuk KMK, 11,25% untuk KI dan 13,58% untuk KK.
Kurnadi menambahkan, saat ini perbankan juga telah memangkas bunga kredit karena faktor persaingan.
Bank yang berpusat di Amerika Serikat (AS) ini misalnya, mencatat suku bunga dasar kredit sebesar 8,25% untuk korporasi. "Kami paling banyak memberikan pinjaman valas karena sumber DPK valas kami juga mendominasi dibandingkan rupiah," katanya.
Kurnadi menambahkan, selain korporasi, pihaknya juga akan mengembangkan investment banking. Divisi ini akan menggarap layanan seperti penerimaan penerbitan obligasi, penawaran saham umum perdana (IPO), penjualan saham dan cash management. Bisnis investment banking menghasilkan komisi, sedangkan korporasi mendulang pendapatan bunga.
Tahun lalu, market share investment banking lebih kecil yakni 15% - 20%, dan korporasi sebesar 80% terhadap bisnis corporate and investment banking. Tahun ini, perseroan akan memperbesar bisnis korporasi menjadi sekitar 90%. Pasalnya, pendapatan dari investment banking mulai menipis, karena setiap perusahaan tidak menerbitkan surat utang atau rencana aksi korporasi setiap tahun.
Pada awal 2013 ini, Citi Indonesia melayani nasabah korporasi melalui transaksi pasar modal Bekasi Fajar senilai US$ 70 juta pada Januari 2013, kemudian obligasi Indika Energy sebesar US$ 500 juta berjatuh tempo pada 2023 dengan kupon 6,375%, serta reopening Lippo Karawaci senilai US$ 100 juta.
Informasi saja, berdasarkan data BI November 2012, perseroan meraup pendapatan bunga sebesar Rp 2,77 triliun atau hanya naik 0,36% dibandingkan posisi sebelumnya Rp 2,76 triliun. Sementara, Citi Indonesia masih harus menanggung bebanĀ pendatapan operasional selain bunga bersih sebesar Rp 1,21 triliun, beban ini sudah menurun 28% dibandingkan posisi sebelumnya Rp 1,70 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News