Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Imbas aturan baru soal solvabilitas mulai terlihat dalam komposisi investasi perusahaan asuransi. Dana asuransi yang parkir di Surat Utang Negara (SUN) meningkat Rp 940 miliar dalam satu bulan terakhir.
Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, hingga 24 Februari 2009 dana asuransi yang tersimpan di SUN mencapai Rp 57,89 triliun. Ini naik 1,7% dibandingkan Januari 2009 yang sebesar Rp 56,95 triliun.
Kenaikan nilai yang lumayan besar ini muncul setelah Ketua Badan pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) menerbitkan Peraturan Ketua Bapepam-LK Nomor PER-0 02/BL/2009 tentang Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Usaha Asuransi pada 24 Januari 2009.
Direktur PT Bumiputera Muda (Bumida) 1967 Julian Noor mengakui, sebagian besar perusahaan asuransi memang menyesuaikan investasinya dengan aturan solvabilitas yang baru tersebut.
Di aturan yang baru, SUN termasuk kelompok instrumen investasi dengan bobot resiko rendah. "Kebetulan aturan itu muncul di saat perusahaan asuransi menghindari investasi di saham dan reksadana," kata Julian.
Direktur Utama Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Eko Budiwiyono juga sependapat dengan Julian. Menurut Eko, tren kenaikan investasi asuransi di SUN merupakan imbas aturan Bapepam LK.
Perusahaan asuransi memilih berinvestasi di produk-produk yang tidak membutuhkan banyak pencadangan. Maklumlah, pencadangan berarti biaya yang bisa menguras modal. "Pilihan berinvestasi di SUN merupakan reaksi wajar atas aturan solvabilitas," ujar Eko, kemarin.
Nasabah makin kritis
Penempatan dana di SUN juga bertujuan memenuhi permintaan pemegang polis. Menurut Eko, saat ini pemegang polis tak cuma berfikir tentang jaminan dari perusahaan asuransi. "Mereka juga sangat memperhatikan faktor risiko yang kemungkinan bisa mereka temui saat membeli produk asuransi," ujarnya.
Instrumen investasi lain yang jadi favorit asuransi adalah deposito. Jika imbal hasil yang menjadi ukuran, deposito memang tak lagi menarik karena bunga sudah rontok, tapi risikonya ralatif kecil.
Hendrisman Rahim, Direktur Utama Jiwasraya, menilai tak mudah mencari instrumen investasi berjangka panjang yang masuk kategori aman sekaligus memberi imbal hasil tinggi. Di saat pasar keuangan global masih tak pasti seperti sekarang, sulit bagi perusahaan asuransi menentukan investasi. "Lebih baik return rendah dibandingkan mengejar imbal hasil tinggi, tapi risikonya juga tinggi. Dan SUN menjadi pilihan karena itu punya pemerintah," katanya.
Saat ini, porsi investasi Jiwasraya di SUN mencapai 20% dari total dana kelolaan yang mencapai Rp 5,9 triliun.
Hero Samudra, Direktur Asuransi Central Asia Raya juga mengaku porsi investasi paling besar adalah di SUN. Central Asia menyiapkan porsi 25% dari total investasinya yang saat ini mencapai Rp 1,4 triliun. Sebanyak 30% dana itu disimpan dalam bentuk deposito, 15% berupa obligasi korporasi, dan 10% saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News