kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.350.000   -4.000   -0,17%
  • USD/IDR 16.665   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.272   -2,63   -0,03%
  • KOMPAS100 1.147   -2,68   -0,23%
  • LQ45 828   0,00   0,00%
  • ISSI 290   -1,26   -0,43%
  • IDX30 434   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 499   3,67   0,74%
  • IDX80 127   -0,55   -0,43%
  • IDXV30 136   -0,78   -0,57%
  • IDXQ30 138   0,41   0,30%

Dana Pihak Ketiga Bank Digital Melonjak di Tengah Pelonggaran Likuiditas


Jumat, 24 Oktober 2025 / 17:34 WIB
Dana Pihak Ketiga Bank Digital Melonjak di Tengah Pelonggaran Likuiditas
ILUSTRASI. Aktivitas nasabah pada kantor cabang AlloBank ci Jakarta, Jumat (10/3/2023). Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan mulai pulih ke dua digit seiring ekspansi keuangan pemerintah dan pelonggaran likuiditas BI.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan mulai pulih ke dua digit seiring ekspansi keuangan pemerintah dan pelonggaran likuiditas Bank Indonesia (BI).

Sejumlah bank digital pun mencatat lonjakan pada simpanan nasabahnya.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Oktober 2025 dipaparkan bahwa DPK tumbuh 11,18% secara tahunan (YoY). Padahal di bulan-bulan sebelumnya, pertumbuhan DPK industri masih sebesar single digit.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Bank Digital di Tengah Kinerja Kuartal II-2025 yang Mentereng

Pertumbuhan DPK ini seiring dengan ekspansi keuangan pemerintah, termasuk salah satunya penempatan dana pemerintah pada beberapa bank besar serta kebijakan pelonggaran likuiditas dan insentif kebijakan makroprudensial BI.

Ada pun perbankan digital juga terus mencatatkan pertumbuhan DPK yang signifikan, meskipun bank-bank ini tidak mendapat kucuran likuiditas dari pemerintah.

Salah satu bank digital, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI)  atau Allo Bank, memandang bahwa penempatan dana pemerintah di bank-bank Himbara senantiasa membuat perang suku bunga simpanan seperti yang terjadi di awal tahun, mulai mereda.

 

Sehingga ini berdampak pada perebutan DPK perbankan yang tak seketat seperti pada awal tahun.

Baca Juga: Dana Pihak Ketiga Bank Mandiri Tumbuh 10,7% Jadi Rp 1.828 Triliun per Juni 2025

Merujuk laporan keuangan Allo Bank, per September 2025 dicatat total DPK sebesar Rp 8,78 triliun. Nilai DPK ini meningkat 78,3% secara tahunan (YoY) dibandingkan Rp 4,93 triliun per September tahun lalu.

Direktur Risiko, Kepatuhan, dan Hukum Allo Bank, Ganda Raharja Rusli, mengatakan jika ke depan Allo Bank akan terus menjaga tingkat pertumbuhan DPK.

"Kami terus menjaga tingkat DPK seiring pertumbuhan kredit yang bisa disalurkan bank, dengan tetap menjaga biaya DPK agar bank tetap bersaing tapi tidak membebani kondisi keuangan bank," ujar Ganda kepada Kontan, Kamis (23/10/2025).

Namun sebaliknya, beberapa bank digital memandang bahwa perebutan simpanan nasabah di perbankan saat ini justru kian ketat. 

PT Krom Bank Indonesia Tbk  (BBSI) atau Krom Bank salah satu bank digital yang melihat persaingan DPK sampai akhir tahun 2025 ini akan semakin ketat.

Presiden Direktur Krom Bank, Anton Hermawan, menyampaikan bahwa banyak faktor yang memengaruhi persaingan DPK saat ini, termasuk penurunan BI Rate, peningkatan instrumen investasi alternatif lainnya seperti emas, dan kebutuhan likuiditas perbankan yang tinggi untuk penyaluran kredit.

Meski demikian, Anton bilang Krom Bank terus optimistis membidik pertumbuhan DPK dengan melakukan berbagai upaya, misalnya dengan mengoptimalkan akuisisi nasabah serta menjalin kolaborasi dengan berbagai mitra strategis.

"Krom Bank optimis pertumbuhan DPK akan tetap terus tumbuh sejalan dengan pertumbuhan DPK industri pada bulan September 2025 yang mengalami peningkatan," ungkap Anton.

Baca Juga: Meski DPK Masih Melambat, Bank Digital Tegaskan Likuiditas Masih Memadai

Dicatat DPK Krom Bank sampai dengan bulan September tahun 2025 mencapai Rp 6,97 triliun atau tumbuh 212% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), yang mana September tahun lalu masih Rp 2,22 triliun.

 

Selain itu, kinerja pertumbuhan DPK yang positif juga dicatat oleh PT Super Bank Indonesia (Superbank). DPK Superbank tumbuh 203% YoY menjadi Rp 9,8 triliun.

Presiden Direktur Superbank, Tigor M. Siahaan, mengatakan, kinerja ini mencerminkan peningkatan kepercayaan publik terhadap layanan digital Superbank.

"Integrasi ekosistem yang kuat menjadi penggerak utama dalam memperluas akses dan mempercepat inklusi keuangan digital di masyarakat," ujar Tigor.

Selanjutnya: Menteri Bahlil Soal Pelaporan Meme yang Hina Dirinya: Saya Sudah Maafkan

Menarik Dibaca: Cancel Culture Bisa Menganggu Mental lo, Ini Cara Mengatasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×