kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.640   3,00   0,02%
  • IDX 8.044   -17,24   -0,21%
  • KOMPAS100 1.114   -2,28   -0,20%
  • LQ45 784   -9,49   -1,20%
  • ISSI 282   1,25   0,44%
  • IDX30 411   -4,49   -1,08%
  • IDXHIDIV20 468   -6,38   -1,35%
  • IDX80 122   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 133   0,84   0,63%
  • IDXQ30 130   -1,49   -1,14%

Pertumbuhan Pendapatan Bunga Dorong Kinerja Bank Digital Moncer pada Agustus 2025


Rabu, 01 Oktober 2025 / 19:08 WIB
Pertumbuhan Pendapatan Bunga Dorong Kinerja Bank Digital Moncer pada Agustus 2025
ILUSTRASI. Aktivitas nasabah pada kantor cabang AlloBank ci Jakarta, Jumat (10/3). Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa nilai transaksi bank digital sudah tembus Rp 52,245 triliun sepanjang 2022. Aangka tersebut meningkat 22,13% secara tahunan (year-on-year/yoy). Pada tahun ini BI memproyeksikan nilai transaksi juga akan tumbuh di kisaran 22%. KONTAN/Carolus Agus Waluyo/10/03/2023.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan digital terus melanjutkan kinerja positifnya hingga delapan bulan tahun 2025. Performa labanya tumbuh lebih mentereng dibandingkan dengan bank konvensional.

Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan laba dari bank digital yang mampu melesat dua hingga tiga digit dibandingkan dengan bank konvensional yang hanya mencatat pertumbuhan lapa tipis, bahkan ada yang labanya turun.

Salah satu faktor pendorong performa keuntungan bank digital yang apik di Agustus 2025 ini adalah lonjakan pendapatan bunga bersih yang tumbuh dua digit.

Ambil contoh, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang mencetak kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 28,79% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 927,75 miliar. Capaian ini berhasil menyokong kinerja laba bersih Allo Bank naik 18,86% menjadi Rp 311,46 miliar pada Agustus 2025.

Tak ketinggalan, PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatatkan peningkatan laba bersih 139,41% secara tahunan menjadi Rp 175,61 miliar per Agustus 2025. Pertumbuhan ini disokong oleh pendapatan bunga bersih yang naik 64,44% menjadi Rp 1,56 triliun. Meski begitu, biaya pencadangannya juga meningkat 262,10% jadi Rp 545,3 miliar.

Kemudian PT Bank Raya Indonesia (AGRO) membukukan laba Rp 39,67 miliar pada Agustus 2025. Capaian ini meningkat 38,70% yoy dari Agustus 2024 sebesar Rp 28,60 miliar. Peningkatan keuntungan ini salah satunya didorong oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 23,06% menjadi Rp 448,18 miliar di delapan bulan tahun ini.

Baca Juga: Milenial dan Gen Z Aktif Transaksi Bank Digital, Bayar QRIS & Transfer Jadi Favorit

PT Bank Amar Indonesia (AMAR) juga terlihat berhasil mencetak kenaikan pendapatan bunga bersih mencapai 18,26% menjadi Rp 873,22 miliar. Alhasil labanya tumbuh 14,90% yoy pada Agustus 2025 menjadi Rp 153,21 miliar. 

Corporate Secretary Allo Bank, Stacey Aryadi Suryoputro menyampaikan, sepanjang year to date hingga bulan Agustus 2025, kontribusi utama pertumbuhan laba Allo Bank adalah optimalisasi atau peningkatan kredit khususnya pada segmen Retail Business melalui penyaluran produk PayLater/InstantCash yang terus menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik dari sisi nasabah maupun volume transaksinya.

Stacey menyebutkan, sejak diluncurkan pada 20 Mei 2022 hingga akhir Agustus 2025, jumlah nasabah telah menembus lebih dari 13 juta di seluruh Indonesia. Penyaluran kredit melalui produk PayLater juga melonjak lebih dari 200% sepanjang 2024 hingga 2025, baik dari sisi jumlah nasabah maupun volume transaksi.

“Optimalisasi produk PayLater menjadi salah satu kontributor utama pertumbuhan laba Allo Bank. Jumlah aplikasi yang masuk terus meningkat, mencerminkan tingginya permintaan di segmen ritel,” ungkap Stacey kepada kontan.co.id, Rabu (1/10/2025).

Memasuki semester II/2025, pihaknya melihat tantangan cukup besar seiring revisi Bank Indonesia (BI) atas proyeksi pertumbuhan kredit perbankan nasional menjadi 8–11%, turun dari perkiraan awal 11–13%. Kondisi makroekonomi global dan domestik yang masih penuh ketidakpastian juga menjadi faktor yang dicermati.

Kendati demikian, perseroan tetap menargetkan pertumbuhan positif di atas rata-rata industri perbankan.

“Data makroekonomi yang kurang kondusif tidak kami pandang sebagai alasan untuk berhenti menyalurkan kredit, melainkan momentum untuk mengkalibrasi kembali strategi agar lebih selektif, presisi, dan berbasis data,” jelas Stacey.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Bank Digital Masih Melaju

Sementara Direktur Utama Bank Raya Indonesia, Ida Bagus K. Subagja mengatakan, pertumbuhan laba yang konsisten ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk bertahan dan bertumbuh positif di tengah dinamika ekonomi pasar, yang ditopang dengan kinerja yang solid melalui ekspansi bisnis yang hati-hati, perbaikan kualitas aset, serta inovasi berkelanjutan.

"Dengan situasi perekonomian global yang mengalami ketidakpastian, AGRO berusaha menjaga kinerja bank terus positif dan tumbuh secara sehat melalui inovasi yang konsisten dan disiplin eksekusi yang unggul. Sehingga Bank Raya terus menciptakan tren pertumbuhan kinerja positif, untuk mendukung langkah perseroan menuju profitabilitas jangka panjang," jelas Bagus.

Direktur Keuangan Bank Raya Rustarti Suri Pertiwi menambahkan, pendorong kinerja Bank Raya di Agustus 2025 tetap berasal dari fokus Bank Raya pada bisnis digital.  Sehingga ekspansi bisnisnya hingga Agustus 2025 didorong dari penyaluran kredit digital dan penghimpunan digital saving.

Pada Agustus 2025, kredit digital tercatat sebesar Rp 2,65 triliun atau tumbuh 64% yoy. Untuk simpanan digital tercatat sebesar Rp 1,5 triliun atau tumbuh 41,8% yoy.

Tiwi menjelaskan, ekspansi Kredit digital didorong oleh optimalisasi peluang bisnis di dalam ekosistem BRI Group, seperti dari dana talangan untuk agen BRIlink, kredit flexi berupa kredit konsumer untuk nasabah payroll BRI Group ataupun berupa invoice financing dalam bentuk pinang maxima. 

Adapun untuk digital saving diantaranya didorong oleh berbagai inovasi pengembangan produk dan fitur, penguatan berbagai cluster bisnis dan komunitas serta berbagai macam program marketing dan sponsorship.

Pada tahun ini Bank Raya menargetkan pertumbuhan kredit 2025 dapat dijaga di 5%-8%, sementara dari sisi laba, Bank Raya tetap optimistis mampu mencatatkan pertumbuhan dua digit hingga akhir 2025.

Baca Juga: Perbankan Digital Genjot Dana Murah, Digital Saving Makin Tumbuh Subur

"Kami memproyeksikan bahwa parameter-parameter kinerja seperti laba, DPK dan Kredit hingga akhir tahun akan terus menunjukkan trend pertumbuhan yang positif," ujar Tiwi.

Menurut Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan, mayoritas emiten bank digital berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang solid, didorong oleh lonjakan pendapatan bunga bersih serta peningkatan pendapatan non-bunga.

"Dari sisi regulator, peluncuran Payment ID oleh Bank Indonesia pada 17 Agustus 2025 menjadi sentimen positif tambahan. Inisiatif ini mengintegrasikan sistem pembayaran nasional dan mendorong transparansi serta kepercayaan dalam transaksi digital," kata Ekky.

Hal ini dinilai berdampak pada ekosistem bank digital semakin kuat, dan ini memicu apresiasi harga saham digital pasca rilis laporan keuangan karena investor menilai ekspektasi pertumbuhan mulai terealisasi dan valuasi berpotensi naik (rerating).

Ia melihat, secara umum, prospek bank digital ke depan tetap positif, selama emiten-emiten ini mampu menjaga disiplin kredit, efisiensi biaya, dan kualitas aset. Bank digital yang mampu menyeimbangkan pertumbuhan dengan manajemen risiko yang solid akan lebih resilient ke depan.

Baca Juga: Strategi Bank Raya Menghadapi Kompetisi Bank Digital di Tanah Air

Untuk rekomendasi, Ekky melihat BBYB cukup menarik. Perusahaan sudah berbalik mencetak laba hingga Agustus 2025, dan akan semakin menarik bila proyeksi pertumbuhan kredit serta pendapatan non-bunga terus terjaga. Target harga jangka menengah berada di kisaran Rp450–500 untuk BBYB, dengan strategi akumulasi bertahap saat harga terkoreksi.

Adapun Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji mengatakan, kinerja saham bank digital memang rata-rata bertumbuh, baik dari sisi top line maupun bottom line karena faktor pendoronya terkait dengan peningkatan pertumbuhan kredit dan pertumbuhan kredit ini menopang kinerja net interest margin dari saham-saham non big caps termasuk bank digital.

"Karena reduction of borrowing cost effectnya sudah terasa, dipengaruhi oleh dinamika trend penurunan suku benga acuan yang terus berlanjut demi mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi, jadi penurunan bunga acuan ini bagus untuk meningkatkan pertumbuhan kredit kedepan," jelas Nafan.

Nafan pun memproyeksikan, saham-saham bank digital akan prospektif ke depannya, dan ekspansi kredit akan lebih optimal jika trend penurunan suku bunga acuan terus dilakukan oleh Bank Indonesia.

Di sisi lain, non performing loan bank digital dinilai masih cukup tinggi, dan ini menjadi challenge. Namun kata Nafan hal ini bisa dimitigasi dengan turunnya bunga acuan, sehingga kenaikan non performing loan pun juga bisa ditekan serendah mungkin.

"Untuk saham bank digital memang AGRO yang masih belum terkena target price jadi bisa dicermati, apalagi AGRO sedang dalam keadaan uptrend," kata Nafan. Ia pun merekomendasikan ADD AGRO TP Rp 278.

Baca Juga: Bank Digital Ramai-ramai Lirik Potensi Tabungan Emas

Selanjutnya: ACA Beberkan Tantangan yang Bisa Pengaruhi Kinerja Premi hingga Akhir 2025

Menarik Dibaca: 7 Zodiak yang Paling Kompetitif, Capricorn Salah Satunya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×