Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas bank-bank kecil makin terhimpit penetrasi bank besar. Kondisi ini tercermin dari tren perolehan dana pihak ketiga (DPK) kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 1 dan 2 yang masih mini.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah DPK yang dihimpun bank KBMI 4 mencapai Rp 4.547 triliun per Oktober 2024, naik 6,86% secara tahunan dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 4.255 triliun.
Nilai DPK bank KBMI 4 yang memiliki modal inti lebih dari Rp 70 triliun ini setara 50% total DPK bank umum di sepanjang Oktober 2024 sebesar Rp 8.751 triliun. Sedangkan bank KBMI 3 menguasai 24,5% dari total DPK. Pertumbuhan DPK bank KBMI 3 mencapai 8,49% secara tahunan menjadi Rp 2.146 triliun.
Baca Juga: Berlangsung Ketat, Intip Strategi Bank Digital Menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK)
Bandingkan dengan perolehan DPK bank KBMI 1 yang hanya Rp 980,15 triliun susut 4,65% yoy dan KBMI 2 sebesar Rp 1.077 triliun tumbuh 14,95%. Total, bank KBMI 1 dan KBMI 2 kebagian porsi DPK Rp 2.057 triliun atau sekitar 23,50% dari total DPK bank umum.
Sebenarnya, strategi bnk-bank mini dalam menjaring DPK tak kalah dengan bank jumbo. Misalnya PT BPD Bank Jawa Timur Tbk (Bank Jatim), berupaya memberikan program reward, hadiah langsung dan beberapa diskon merchant yang telah bekerja sama dengan Bank Jatim.
"Selain upaya tersebut, kami juga meningkatkan kualitas layanan pada Bank Jatim baik layanan e-banking maupun layanan over the counter melalui Agen Jatim terutama di wilayah pelosok," ungkap Busrul Iman, Direktur Utama Bank Jatim kepada Kontan.co.id, Kamis (9/1).
Di tengah ketatnya persaingan menjaring sumber DPK di perbankan, Bank Jatim juga terlihat masih mampu mempertahankan pertumbuhan simpanannya relatif stabil. Per November 2024 Bank Jatim mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 6,54% yoy mencapai Rp 96,74 triliun.
Baca Juga: Intip Strategi Bank Mega Syariah Genjot Himpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Busrul menerangkan, dengan keputusan PPN tetap di angka 11%, dan target pertumbuhan regional diperkirakan sebesar 5,27%-5,63% dapat tercapai, akan menciptakan iklim yang lebih kondusif bagi sektor perbankan, termasuk Bank Jatim, untuk meningkatkan penyaluran kredit dan pengumulan dana pihak ketiga.
Terutama kata Busrul momentum puasa dan lebaran di awal tahun ini yang secara behavior mampu meningkatkan income Bank Jatim.
Menurutnya, jika pertumbuhan ekonomi nasional pada 2025 diperkirakan mencapai minimal 5%, proyeksi DPK Bank Jatim bisa lebih tinggi dibandingkan tahun 2024.
"Transformasi digital juga dapat mendukung pencapaian target Dana Pihak Ketiga (DPK) melalui pengembangan layanan untuk menawarkan produk-produk simpanan dan investasi yang lebih menarik," katanya.
Sementara Direktur Kepatuhan Bank Oke Indonesia, Efdinal Alamsyah menyatakan berbagai upaya telah dilakukan dalam menghimpun DPK. Seperti, melakukan inovasi produk dan layanan, dengan mengembangkan produk yang lebih menarik serta layanan digital yang memudahkan nasabah dalam bertransaksi.
Baca Juga: Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Perbankan Melambat, Ini Pemicunya
"Kami juga melakukan peningkatan layanan digital, mengadakan program promosi dan insentif untuk menarik minat nasabah baru dan mempertahankan nasabah lama, dan melakukan peningkatan Kepercayaan nasabah, dengan memastikan keamanan dalam operasional perbankan untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan nasabah," jelasnya.
Adapun per November 2024 Oke Bank mencatatkan pertumbuhan DPK 11,36% yoy mencapai Rp 8,1 triliun. Sampai akhir tahun 2024 pihaknya juga memproyeksikan DPK Bank mengalami pertumbuhan lebih kurang 11% apabila dibandingkan dengan akhir tahun 2023.
"Adapun untuk akhir tahun 2025 kami memproyeksikan pertumbuhan DPK lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun 2024, yaitu sekitar 8% sejalan dengan proyeksi pertumbuhan kredit yang juga berkisar di angka tersebut," ujarnya.