Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Simpanan nasabah perorangan di perbankan mengalami stagnasi pada April 2025.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan meningkatnya biaya hidup disebut menjadi penyebab utama stagnasi pertumbuhan simpanan ini.
Berdasarkan data terbaru Bank Indonesia (BI), dana pihak ketiga (DPK) dari nasabah perorangan per April 2025 tercatat sebesar Rp 4.084,5 triliun, tumbuh 0,0% secara tahunan (YoY).
Baca Juga: DPK Perbankan Tumbuh 4,4% YoY, Segmen Individu Tercatat Stagnan
Pertumbuhan ini lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang masih tumbuh 1,1% YoY.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, masyarakat kini cenderung menggunakan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akibat tekanan ekonomi.
“Masifnya PHK membuat masyarakat terpaksa makan tabungan. Pertumbuhan yang stagnan ini menunjukkan cadangan dana darurat masyarakat makin tipis,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (2/6).
Jika tren ini berlanjut, Bhima memperkirakan likuiditas perbankan bakal mengetat, suku bunga akan sulit turun, penyaluran kredit melambat, dan pada akhirnya bisa menggerus laba bank.
Bhima menyarankan perbankan untuk menekan biaya administrasi simpanan dan mengoptimalkan kerja sama promosi dengan platform e-commerce untuk mendorong peningkatan dana murah dari masyarakat.
Baca Juga: DPK Tumbuh Melambat di Awal Tahun 2025, Ini Instrumen Pilihan Masyarakat
Bank Masih Optimistis Jaga Momentum
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengakui tantangan ini. SVP Retail Deposit Product and Solution Bank Mandiri Evi Dempowati mengatakan, badai PHK dan biaya hidup yang melonjak membuat masyarakat terpaksa menarik simpanannya.
Namun demikian, Bank Mandiri masih mencatat pertumbuhan simpanan sebesar 11% YoY, mencapai Rp 525 triliun per April 2025.
“Di tengah dinamika ekonomi, tren simpanan masyarakat kelas menengah ke bawah memang fluktuatif. Tapi kami tetap optimistis bisa menjaga pertumbuhan tabungan dua digit di tahun ini,” ujar Evi.
Baca Juga: Duh! Diskon Tarif Listrik 50% Batal
Untuk itu, Bank Mandiri akan mendorong digitalisasi layanan perbankan, menawarkan produk tabungan yang fleksibel dan menarik, serta meningkatkan literasi keuangan lewat kolaborasi dengan fintech, e-commerce, dan sektor riil.
Hal senada disampaikan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA. EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengungkapkan, DPK perorangan BCA masih tumbuh 5% YoY per Maret 2025. Secara total, DPK BCA tumbuh 6,5% YoY menjadi Rp 1.193 triliun.
“Komposisi dana murah (current account and savings account/CASA) masih kuat, tumbuh 8,3% YoY menjadi Rp 979 triliun atau setara 82% dari total DPK,” kata Hera.
BCA akan terus memperluas kanal layanan transaksi baik digital maupun fisik untuk menjaga pertumbuhan dana murah.
BTN Andalkan Segmen Mass Retail dan Prioritas
Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau BTN juga mencatat pertumbuhan DPK perorangan.
Kepala Divisi Retail Funding BTN, Frengky Rosadrian menyebut, DPK perorangan per April 2025 tumbuh lebih dari 3% YoY dibandingkan posisi Januari 2025.
Baca Juga: Diskon Tarif Listrik 50% Batal, Sri Mulyani Beberkan Alasannya
DPK perorangan BTN menyumbang 22% dari total DPK BTN, dengan kontribusi utama berasal dari segmen mass retail (dana di bawah Rp 100 juta) dan segmen prioritas (dana ≥ Rp 500 juta).
“Tren tabungan perorangan secara nasional masih turun hingga pertengahan tahun. Namun, kami melihat peningkatan pada produk deposito perorangan,” ujar Frengky.
BTN menargetkan pertumbuhan simpanan dengan mendorong diversifikasi produk tabungan dan deposito perorangan, serta memperluas basis nasabah ritel.
Selanjutnya: Fadli Zon Buka Suara Soal Wacana Chair Lift di Borobudur Dipermanenkan
Menarik Dibaca: Hujan di Tangerang, Simak Prakiraan Cuaca Besok (3/6) di Banten
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News