kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Dari empat bank besar, hanya BCA dan BRI asetnya naik dua digit hingga kuartal III


Rabu, 30 Oktober 2019 / 19:30 WIB
Dari empat bank besar, hanya BCA dan BRI asetnya naik dua digit hingga kuartal III
ILUSTRASI. Pekerja membersihkan menara BCA di Jakarta, Selasa (12/3/2019). OJK mencatat per Agustus 2019 lalu total aset perbankan hanya tumbuh sebesar 7,9% secara year on year (yoy) menjadi Rp 8.245 triliun. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan pertumbuhan kredit perbankan mulai berimbas pada ikut pelannya kenaikan aset. Lihat saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2019 lalu mencatat total aset hanya tumbuh sebesar 7,9% secara year on year (yoy) menjadi Rp 8.245 triliun. 

Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang juga tumbuh satu digit sebesar 8,6% secara yoy di periode yang sama.

Baca Juga: Segmen korporasi menopang pertumbuhan kredit sejumlah bank di kuartal III 2019

Adapun, pada kuartal III 2019 dari empat bank besar yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) tercatat hanya BRI dan BCA yang masih berhasil mencatatkan kenaikan dua digit.

BCA berhasil membukukan pertumbuhan aset paling tinggi di kelompok empat bank besar dengan peningkatan 11,8% yoy dari Rp 798,96 triliun menjadi Rp 893,59 triliun. Pencapaian BCA ini sekaligus mempertahankan posisi BCA sebagai bank terbesar ketiga di Indonesia dari segi aset.

Merujuk presentasi perusahaan, pencapaian ini tidak terlepas dari kenaikan kredit sebesar 10,9% menjadi Rp 585,49 triliun di kuartal III 2019. Serta ditopang pula oleh kenaikan DPK yang relatif sejalan dengan kredit sebesar 10,4% yoy.

Sementara itu, BRI masih mencetak rekor sebagai bank nomor wahid dari sisi aset yang menembus Rp 1.305,66 triliun periode September 2019 atau naik 10,3% secara yoy. Sekretaris Perusahaan BRI Hari Purnomo menjelaskan pertumbuhan aset tersebut lebih dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan DPK atau liabilitas perusahaan.

Memang, DPK BRI berhasil tumbuh nyaris 10% di kuartal III 2019 menjadi sebesar Rp 959,23 triliun. "Sejalan dengan target pertumbuhan DPK, BRI tetap optimis pertumbuhan aset di tahun 2019 akan dua digit," terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (30/10).

Dengan kata lain, bank bersandi saham BBRI (anggota indeks Kompas100) ini yakin akhir tahun ini aset bisa tumbuh di kisaran 11%-12% dibandingkan dengan akhir tahun 2018.

Baca Juga: GoPay fokus sosialisasikan QRIS kepada mitra usaha mikro

Dalam rangka menjaga pertumbuhan aset, BRI bakal fokus meningkatkan pertumbuhan dana masyarakat. Strateginya antara lain dengan optimalisasi peran agen BRILink, produk tabungan, pengembangan ekosistem. Sekaligus mendorong produk digital transaction payment seperti BRI Mobile, BRI API, dan cash management system (CMS).

Sementara itu, dua bank besar lain yakni Bank Mandiri dan BNI harus puas dengan pertumbuhan aset satu digit saja pada kuartal III 2019 lalu. Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi menjelaskan sampai dengan September 2019 aset perseroan secara konsolidasi telah mencapai Rp 1.276 triliun atau tumbuh 8,7% dari September 2018.

Menurutnya, pertumbuhan ini ditopang sebagian besar oleh penyaluran kredit perseroan yang mencapai Rp 842 triliun atau tumbuh 7,8% secara tahunan. Namun, bukan itu saja yang menopang kenaikan aset Bank Mandiri.

Bank berlogo pita emas ini menambahkan aset produktif lain yaitu surat berharga juga membantu meningkatkan pertumbuhan. Tercatat, total surat berharga pemerintah di Bank Mandiri telah menembus Rp 110 triliun dan surat berharga korporasi lainnya menembus Rp 37 triliun.

"Portofolio surat berharga selain sebagai instrumen likuiditas juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan bunga," katanya. Hal ini menunjukkan bahwa selain penyaluran kredit, Bank Mandiri masih memiliki opsi lain untuk mengembangkan aset.

Dus, pada akhir tahun 2019 ini Bank Mandiri berharap pertumbuhan aset secara konsolidasi bisa naik 8%-10% dari tahun lalu.

Baca Juga: Group Salim bakal luncurkan uang digital, ini kata GoPay

Sementara itu untuk BNI, per September 2019 lalu pertumbuhan aset hanya sebesar 6,3% secara yoy menjadi Rp 757 triliun. Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menjelaskan pertumbuhan ini masih ditopang oleh aset organik yaitu kredit yang meningkat 14,4% di periode September 2019.

Kendati hanya menargetkan pertumbuhan aset moderat di akhir tahun, Herry menjelaskan tidak menutup peluang kenaikannya bisa melebihi pencapaian di kuartal III 2019 melalui pertumbuhan anorganik.

"Kami akan fokus pada optimalisasi earning asset dengan shifting ke aset-aset dengan yield yang lebih tinggi dan optimalisasi sisi liabilitas," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×