kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diajukan PKPU, restrukturisasi Duniatex bakal berlangsung lama?


Kamis, 12 September 2019 / 16:18 WIB
Diajukan PKPU, restrukturisasi Duniatex bakal berlangsung lama?
ILUSTRASI. Pabrik tekstil Duniatex Group


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Enam entitas Duniatex Group diajukan untuk menjalani proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Niaga Semarang. Jika perkara dikabulkan, proses restrukturisasi akan berlangsung lebih lama.

Alasannya, PKPU yang tergolong perkara perdata khusus maksimum bisa berlangsung selama 270 hari. Selama periode tersebut, kreditur Duniatex akan mendaftarkan tagihan, kemudian Duniatex akan menyusun proposal perdamaian yang berisi skema restrukturisasi. 

Baca Juga: Kredit macet Duniatex masuk ranah hukum

Dan akhirnya kreditur akan menyetujui atau menolak proposal yang ditawarkan, jika ditolak Duniatex Group akan dinyatakan pailit.

AJ Capital konsultan keuangan Duniatex sebelumnya sempat menjanjikan akan menawarkan skema restrukturisasi pada bulan ini. Meski demikian, sumber Kontan.co.id yang enggan diungkap identitasnya menjelaskan Duniatex akan mengikuti proses hukum yang akan berlangsung.

“Besok mestinya Duniatex akan menggelar pertemuan dengan para kreditur bank, namun karena ada permohonan PKPU kami akan sekalian menyusun skema restrukturisasi melalui PKPU kepada seluruh kreditur,” paparnya.

Permohonan PKPU terhadap Duniatex diajukan oleh PT Shine Golden Bridge dengan nomor perkara 22/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN Niaga Smg pada Rabu (11/9).

Baca Juga: NPF masih tinggi, perbankan syariah siapkan strategi

“Mengabulkan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan oleh Pemohon PKPU kepada termohon PKPU,” tulis kuasa hukum Shine Golde Endang Erniawati dalam petitum permohonannya.

Sedangkan enam entitas Duniatex yang jadi termohon adalah: PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT), PT Delta Dunia Textile (DDT), PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST).

Lalu PT Delta Merlin Sandang Textile (DMST), PT Dunia Setia Sandang Asli Textile (DSSAT), dan PT Perusahaan Dagang dan Perindustrian Damai alias Damaitex.

Kasus Duniatex sendiri bermula dari kegagalan DDST membayar bunga senilai US$ 13,4 juta pada 10 Juli 2019 atas pinjaman sindikasi senilai US$ 260 juta. Sementara secara total, dari laporan Debtwire, hingga Maret 2019 enam entitas Duniatex memiliki total utang senilai Rp 18,79 triliun.

Baca Juga: Anak Usaha Duniatex Gagal Membayar Bunga Obligasi premium

Perinciannya, utang DDST senilai Rp 2,922 triliun, kemudian DMDT senilai 5,711 triliun, DDT senilai Rp 4,676 triliun, DMST senilai Rp 3,264 triliun, DSSAT senilai 2,128 triliun, dan Damaitex senilai Rp 97 miliar.

Total utang tercatat berasal dari 20 bank yang memberikan pinjaman bilateral, tiga pinjaman sindikasi, dan utang obligasi. Tiga bank pelat merah, dan beberapa bank besar lain ikut tersangkut jadi kreditur Duniatex.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×