kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45918,34   9,03   0.99%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diantara Saham Bank Menengah Ini, Mana yang Menarik Dikoleksi?


Rabu, 02 Agustus 2023 / 06:14 WIB
Diantara Saham Bank Menengah Ini, Mana yang Menarik Dikoleksi?
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksii melalui atm di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Sejumlah bank menengah telah merilis laporan kinerja untuk periode yang berakhir Juni 2023.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menengah telah merilis laporan kinerja untuk periode yang berakhir Juni 2023. Beberapa di antaranya mampu menorehkan pertumbuhan kinerja dengan perolehan laba bersih yang terus meningkat di semester I-203. Namun beberapa bank mengalami penyusutan laba bersih.

Para analis dan pengamat ekonomi menyampaikan, kinerja laba dari emiten bank menengah tersebut menjadi hal menjadi pertimbangan bagi para investor untuk mengoleksi sahamnya.

PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) misalnya, mencatat kenaikan laba bersih 27,67% secara tahunan atau year on year (yoy) di semester I 2023 menjadi Rp 3,23 triliun.

Pencapaian tersebut didorong pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) CIMB Niaga yang meningkat 4,43% (yoy) menjadi Rp 6,83 triliun di semester I-2023. Sehingga margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) juga naik ke level 4,6% dari sebelumnya di level 4,54%.

Kenaikan NIM seiring penyaluran kredit CIMB Niaga secara konsolidasian tercatat meningkat menjadi Rp 153,04 triliun di Juni 2023.

Bank lainnya yang juga mencatat laba bersih adalah PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII). Maybank Indonesia mengantongi laba bersih sebesar Rp 959,77 miliar di semester I-2023. Jumlah ini meningkat 44,70% (yoy) dari Rp663,27 miliar di periode yang sama tahun lalu.

Pencapaian ini didorong oleh NII yang meningkat 6,89% (yoy) menjadi Rp 3,72 triliun di semester I. Sehingga NIM secara konsolidasian juga naik ke level 5,06%.

Pada semester pertama 2023, total kredit Maybank Indonesia meningkat 2,9% menjadi Rp109,97 triliun seiring dengan berlanjutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mendorong peningkatan konsumsi dan daya beli masyarakat.

Senada, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI juga mencatat kenaikan laba bersih sebesar 30,5% (yoy) menjadi Rp 2,78 triliun di semester I-2023.

Pembiayaan Bank Syariah Indonesia naik 16% yoy mencapai Rp 222 triliun. Secara rinci, kredit konsumer menjadi salah satu kontributor terbesar mencapai Rp 114,1 triliun. Disusul kredit korporasi sebagai kontributor terbesar kedua dengan nilai Rp 51,9 triliun.

Baca Juga: Bank-Bank Besar Terus Genjot Performa Mobile Banking

Di sisi lain sejumlah bank mencatatkan penurunan laba bersih. PT Bank BTPN Tbk (BTPN) semisal, laba bersihnya menyusut sekitar 12,57% (yoy) di Semester I-2023, menjadi Rp 1,46 triliun.

Penurunan laba bersih tersebut disebabkan adanya penambahan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) atau pencadangan kredit di kuartal kedua tahun 2023. Ini merupakan bagian dari antisipasi Bank BTPN terkait proses restukturisasi nasabah korporasi dan sebagai bagian dari upaya mitigasi dari berakhirnya kebijakan stimulus COVID-19 dari pemerintah.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian, Bank BTPN mencatat posisi pergerakan CKPN sebesar Rp2,99 triliun per Juni 2023, dari posisi Rp 2,81 triliun di Desember 2022. Dengan penambahan pencadangan ini, biaya kredit meningkat sebesar Rp422 milyar, yang kemudian memengaruhi laba bersih Bank BTPN (konsolidasi).

Sejumlah analis dan pengamat ekonomi menilai hasil kinerja laba dari bank-bank menengah tersebut menjadi salah satu pertimbangan yang menarik untuk para investor.

"Untuk investor yang ingin investasi dalam jangka menengah dan panjang di saham-saham bank tersebut juga perlu memperhatikan kinerjanya, yakni kinerja laba, dividennya, dan juga pertumbuhannya," kata pengamat ekonomi dan pasar modal Budi Frensidy kepada Kontan, Selasa (1/8).

Budi memproyeksikan, dengan kinerja bank yang sudah baik tersebut akan turut mampu mengerek pergerakan sahamnya. "Selama bank-bank sudah melakukan tata kelola yang baik dan provisi yang wajar dan sesuai kondisi yang ada, menjaga NPL, maka kedepannya kinerja positif ini akan berulang," kata Budi.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menyampaikan kondisi perekonomian yang kondusif saat ini, serta stabilitas pemulihan ekonomi nasional menjadi salah satu faktor yang memicu meningkatnya aktivitas transaksi di perbankan saat ini.

Meningkatnya aktivitas transaksi ini juga disebabkan peningkatan daya beli dan konsumsi yang masih menjadi salah satu kekuatan utama Ekonomi Indonesia di tahun ini. Hal ini menurut Nico tentu berdampak baik pada kinerja bank-bank menengah, sehingga mampu memperoleh pertumbuhan laba bersih yang signifikan di paruh pertama tahun ini .

Di sisi lain, Nico menilai pertumbuhan kredit masih mampu tumbuh meskipun melambat. Meski demikian, menurutnya perbankan tetap akan mampu menjaga kinerja pertumbuhan kreditnya karena memiliki segmen customer masing masing.

Ia menilai, ke depan, kinerja laba bank di semeter kedua tahun ini akan didukung oleh adanya pemilu yang mampu mendorong daya beli dan konsumsi meningkat lebih cepat. Begitu juga dengan inflasi yang semakin terkendali dikuti dengan potensi penguatan tingkat suku bunga yang mulai terbatas.

"Itu artinya ada kemungkinan di tahun 2024 mendatang, akan ada ruang penurunan tingkat suku bunga. Sejauh ini kami melihat sentiment positive mampu menjaga kinerja yang positive dari perbankan," kata Nico.

Di sisi lain dirinya mengapresiasi saham-saham bank menengah seperti BNGA, BNNI, dan NISP yang mampu mencatatkan kenaikan laba bersih di paruh pertama tahun ini.

Nico sendiri merekomendasikan saham BNGA dengan target price (TP) di level Rp 2.050.

Sementara itu Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia M. Nafan Aji Gusta merekomendasikan hold saham NISP dengan target price (TP) di level Rp 1.250 per saham

Ia juga menyarankan hold saham BRIS yang mengalami fase konsolidasi dalam jangka pendek dengan rekomendasi hold di level Rp 1.695.

"BNGA masih dalam fase uptrend namun mulai terbatas mengingat terjadi negative divergence. Rekommendasinya hold dengan TP di level Rp 1.760," kata Nafan.

Nafan juga merekomendasikan hold saham BNII dengan target harga di level Rp 254. Juga hold saham BDMN dengan target harga di level Rp 2.940 per saham.

Pun saham BTPN, ia merekomendasikan hold dengan target harga Rp 2.650 per saham.

Baca Juga: Kinerja Bank Milik Investor Jepang Menyusut Sepanjang Semester 1/2023

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×