kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dirut BBNI Optimistis Fundamental Ekonomi RI yang Solid Topang Bisnis Perbankan


Kamis, 05 Oktober 2023 / 15:50 WIB
Dirut BBNI Optimistis Fundamental Ekonomi RI yang Solid Topang Bisnis Perbankan
ILUSTRASI. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar memberikan paparan saat 'Public Expose' kinerja BNI tahun 2021 di Jakarta, Rabu (26/1/2022). Dirut BBNI Optimistis Fundamental Ekonomi RI yang Solid Topang Bisnis Perbankan.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) optimistis kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sangat solid untuk mendorong pertumbuhan kinerja perseroan ke depan.

Direktur Utama Bank Negara Indonesia, Royke Tumilaar, mengatakan, pihaknya cukup mengapresiasi kinerja pemerintah  yang terus menjaga kondusifitas pertumbuhan ekonomi di tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh secara konsisten di atas 5% secara tahunan atau year on year (yoy) sejak kuartal IV-2021 hingga kuartal II-2023 berkat naiknya permintaan domestik, baik dari sisi konsumsi swasta dan investasi, seiring dengan peningkatan mobilitas ekonomi. 

Baca Juga: Bank BTN Berkomitmen Selesaikan Sertifikat Bermasalah

"Kami optimistis tren pertumbuhan ekonomi ini akan terus stabil di level 5% sampai 5,6% hingga 2028 ," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (5/10).

Dari sisi industri perbankan, Royke memaparkan kinerja fungsi intermediasi perbankan berada dalam kondisi yang positif dengan kredit tumbuh 8,4% yoy dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 7,2% yoy untuk periode Juli 2023. 

 

"Kami melihat pertumbuhan kredit mulai persisten, sehingga menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi ke depan," katanya.

Selain itu, Royke mengakui ada beberapa kondisi yang perlu menjadi perhatian bagi segenap pembuat kebijakan ke depan.

Baca Juga: BNI targetkan pertumbuhan kredit mendekati dua digit pada tahun 2022

Salah satunya yaitu akumulasi 8 bulan surplus neraca perdagangan telah turun sebesar -30% secara tahunan (yoy). Hal ini disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor komoditas dan hasil manufaktur Indonesia.  Ada pula, tantangan dengan masih berlanjutnya isu geopolitik, perlambatan ekonomi dan tekanan inflasi secara global. 

Di perbankan, perseroan menyadari ada kondisi likuiditas lebih ketat dibandingkan yang terefleksi pada peningkatan interbank market rate.

Dengan mempertimbangkan potensi bisnis dan tantangan makro ekonomi tersebut, kami tetap optimistis kinerja positif akan terus tumbuh secara berkelanjutan seiring dengan agenda transformasi yang telah membuahkan hasil positif," tutur Royke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×