Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) optimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh tinggi pada tahun depan. Oleh karena itu, perseroan akan ekpansif dengan menargetkan penyaluran kredit mendekati dua digit.
BNI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5% - 5,5% pada 2022. Proyeksinya ini sejalan dengan kegiatan ekonomi yang mulai meningkat yang terpantau dari mulai puluhanya kinerja manufaktur dan membaiknya laju ekspor yang didukung oleh kenaikan hara komoditas, upaya struktural untuk meningkatkan kepercayaan inbestor dan menarik onvestasi, serta dukungan kebijakan fiskal.
Untuk kredit, BNI menargetkan pertumbuhan sekitar 9% dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di kisaran 6%-7%.
"Guna menyikapi potensi ekonomi tahun 2022, kami sudah siap dengan rencana bisnis dengan fondasi yang kita bangun tahun 2021. Kredit akan kami targetkan mendekati double digit, kami akan ekspansi kredit di semua lini bisnis," kata Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Royke Tumilaar dalam webinar, Senin (22/11).
Royke mengatakan, BNI yakin tahun depan masih ada momentum ekspansi dengan suku bunga yang rendah dengan kondisi saat ini dimana pemerintah sangat berperan dalam mendukung ekonomi terjaga baik.
Baca Juga: Sejumlah bank besar rajin memupuk modal
Namun, memang akan ada tantangan karena adanya rencana kenaikan bunga The Fed. Kenaikan tersebut tentu akan berdampak pada kebijakan suku bunga dalam negeri sehingga akan berdampak pada kenaikan biaya dana perbankan.
Oleh karena itu, Royke melihat diperlukan relaksasi dari Bank Indonesia (BI) agar bisa mendukung pertumbuhan kredit denga suku bunga yang rendah. "Kami harapkan kebijakan relaksasi terkait GWM dan RIM dapat diperpanjang agar bisa tekan COF Bank," katanya.
Selain itu, perlu adanya regulasi agar menjaga level kompetisi yang sehat karena saat ini mulai marak bank melakukan penasaran produk tabungan tingkat suku bunga yang realtif tinggi sekarang.
Royke menambahkan, fundamental bisnis perseroan masih sangat kuat dimana tahun ini bank berusaha menjaga biaya dana sehingga dana murah (CASA) tumbuh sangat sehat.
Hingga September 2021, BNI mampu melakukan efisiensi biaya dana hingga ke level 1,7% karena CASA peseroan hampir mencapai 70% atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Biaya dana atau cost of fund (CoF) BNI ini merupakan yang terendah kedua di Indonesia.
Kondisi permodalan BNI juga semakin kuat setelah menerbitkan US$ 500 juta subordinated notes tahun 2020 dan merilis US$ 600 juta perpetual bond pada September 2021. Alhasil, modal tier BNI sudah mencapai 19,19%.
Selanjutnya: Dirut Bank BNI optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 di atas 5%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News