kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dorong kredit, bank daerah mencari tambahan modal


Jumat, 03 Agustus 2018 / 14:14 WIB
Dorong kredit, bank daerah mencari tambahan modal


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam menggenjot ekspansi, sejumlah perbankan mulai memperkuat sisi permodalan. Tak kecuali Bank Pembangunan Daerah (BPD).

PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) misalnya yang berencana menghabiskan jatah obligasi sisa penawaran umum berkelanjutan (PUB) Rp 2 triliun. Obligasi tersebut diprediksi akan diterbitkan pada kuartal III tahun ini.

Direktur Utama BJB Ahmad Irfan menyebut, perseroan memerlukan dana tersebut untuk memacu penyaluran kredit BJB.

Terutama, untuk mendanai proyek infrastruktur seperti Jakarta-Cikampek II Elevated. Asal tahu saja, dari pembiayaan sindikasi Rp 11 triliun yang dipimpin oleh PT Bank Mandiri Tbk, Bank BJB mendapatkan jatah sebesar Rp 250 miliar.

Kendati demikian, Irfan menuturkan rencana penerbitan obligasi ini tetap memperhatikan kondisi pasar. Terutama, dengan melakukan penyesuaian tingkat bunga yang akan ditawarkan. "PUB Tahap II itu mungkin di Agustus atau September. Sekitar Rp 2 triliun sisanya. Dananya untuk membiayai kredit produktif, terutama proyek-proyek infrastruktur di Jawa Barat," ungkapnya, Rabu (1/8) lalu.

Adapun, selain untuk membiayai permintaan kredit. Obligasi ini juga dipakai untuk memperkuat permodalan perseroan, guna menjaga kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) 18,5% akhir tahun.

Sebagai informasi, pada kuartal II 2018, BPD terbesar di Indonesia ini hanya mencatat kenaikan kredit sebesar 5,9% dari Rp 67,89 triliun di pertengahan tahun 2017 menjadi Rp 71,89 triliun.

Sementara dari sisi kecukupan modal, bank bersandi emiten BJBR ini mencatat CAR sebesar 17,4% per Juni 2018, naik 1,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Lebih dulu dari BJB, PT BPD Sumatera Utara (Bank Sumut) justru telah menerbitkan obligasi pada Juni 2018 lalu.

Alhasil pihaknya mendapatkan tambahan modal segar sebesar Rp 444 miliar dari aksi korporasi tersebut. "CAR kami per Juni 2018 setelah masuk obligasi Rp 444 miliar, menjadi sebesar 16,16%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/8).

Selain obligasi, sesuai rencana bisnis bank (RBB) perseroan juga akan mendapatkan tambahan modal sebesar Rp 180 miliar oleh pemegang saham. Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Adapun, sampai dengan akhir tahun ini Edie menargetkan CAR Bank Sumut akan berada di kisaran 16% sampai 17%. Dana tersebut nantinya akan digunakan perseroan untuk mendongkrak pertumbuhan kredit, dengan target kenaikan 7% secara year on year (yoy) pada penghujung tahun.

Sementara itu, PT BPD Banten Tbk (Bank Banten) pernah menyebut akan mengeluarkan surat utang jangka pendek alias medium term notes (MTN) pada kuartal II 2018 lalu senilai Rp 200 miliar.

Namun, Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa menyebut pihaknya memilih untuk menunda penerbitan MTN. Kendati demikian, untuk memperkuat modal pihaknya berencana mengeluarkan surat berharga pada pekan depan.

Sayangnya, Fahmi belum dapat merinci secara detil aksi korporasi apa yang akan dilakukan perseroan. "Kalau untuk MTN belum kami keluarkan, nah kalau yang satunya lagi tunggu minggu depan. Kalau sudah, nanti saya infokan," singkatnya.

Kendati pasar uang tengah melemah lantaran Rupiah yang masih terimbas penguatan mata uang Dolar AS. Fahmi yakin, minat masyarakat untuk pasar BPD masih besar.

BPD lain, seperti PT BPD Sulawesi Utara dan Gorontalo (Bank SulutGo) menyebut tak berencana menambah modal tahun ini. Lantaran CAR yang masih dapat terjaga optimal di level 16% tahun ini.

"Tahun ini belum (tambah modal). CAR Bank SulutGo kita jaga di 16%. Masih ada ruang untuk ekspansi," kata Direktur Utama Bank SulutGo Jeffry Dendeng. Adapun, di tahun 2019 pihaknya berencana menerbitkan obligasi. Tak hanya itu, Bank SulutGo juga berniat melantai di bursa alias initial public offering (IPO) untuk menambah modal.

"Jumlah kebutuhan obligasi masih dalam kajian," tuturnya. Sebelumnya, Jeffry menuturkan pihaknya mengharapkan tambahan modal dari pemegang saham, paling tidak senilai Rp 150 miliar untuk mendorong ekspansi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×