Reporter: Anaya Noora Pitaningtyas |
JAKARTA. Kinerja bursa saham yang cerah sepanjang 2010, membuat para pengurus dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) mengubah strategi investasi. Sejumlah DPLK mulai berminat memperbesar porsi investasi di saham. Terlebih lagi, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diramalkan tetap mentereng sepanjang 2011 ini.
Sepanjang tahun 2010 kemarin, IHSG naik 46,13%. Tahun ini, analis dan ekonom memprediksi, IHSG akan terus bergerak naik hingga menembus 4.200. Tentu saja, potensi kenaikan harga saham ini akan menjadi salah satu portofolio investasi yang menguntungkan dibandingkan produk yang lain.
Di sini lain, investasi deposito sudah tidak menguntungkan. Betapa tidak, bunga deposito sudah lebih kecil dibandingkan dengan inflasi. Ini mengakibatkan bunga deposito sudah negative spread.
Lihat saja, hingga Januari 2011, angka inflasi menembus 7,02%. Sementara, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) membatasi bunga deposito 7%. Keuntungan menyimpan di deposito bakal lebih kecil lagi, karena dipotong pajak dan biaya administrasi. Bila dihitung-hitung, imbal hasil deposito sudah tidak sebanding dengan kenaikan inflasi.
Direktur Pertanggungan Asuransi Jiwasraya Indra Catarya Situmeang menyadari hal itu. Oleh karena itu, perubahan strategi investasi harus dilakukan. "Kita harus memperbesar porsi investasi saham bila ingin mendapatkan keuntungan," kata Indra, kemarin (3/2).
Sepanjang tahun 2010, dana investasi DPLK Jiwasraya menembus Rp 219,7 miliar. Dari jumlah itu, DPLK Jiwasraya meraup hasil 17,4%, dengan komposisi 45% dana di obligasi, deposito 20%, serta saham dan reksadana 35%.
Tahun ini, porsi deposito akan berkurang menjadi 15%. Kemudian, saham naik 20%, reksadana 25%, dan obligasi 40%. Cara ini bertujuan untuk meraih target dana kelolaan Rp 255 miliar. "Kondisi fundamental emiten-emiten sedang bagus, kita harus memanfaatkan untuk investasi di saham," jelas Indra.
DPLK BNI juga sependapat. Saat ini, 60% dana tersimpan di pasar uang, sedangkan sisanya di obligasi dan saham. Nantinya, porsi investasi akan diseimbangkan, masing-masing menjadi 50%. "Dana kelolaan juga akan ditargetkan meningkat menjadi Rp 7 triliun, tumbuh 40% lebih dari 2010," ujar Bambang Endratno, Kepala DPLK BNI.
Tetap cinta deposito
Namun, DPLK BRI tidak ingin ikut-ikutan. DPLK ini tetap mengandalkan deposito sebagai alat investasi. Alasannya, hal ini menjadi permintaan masing-masing peserta. "Peserta menginginkan dana mereka disimpan di tempat aman, kita hanya fasilitator saja," ungkap Anna Maria Ciadarma, Pengurus DPLK BRI kemarin.
Apalagi, peserta sudah puas dengan kinerja investasi 2010. Saat itu, instrumen deposito memberikan keuntungan 9,54%, obligasi 11,67%, dan saham 57,05%. Strategi ini mendatangkan imbal hasil Rp 118 miliar, sehingga dana kelolaan tumbuh 27,2% menjadi Rp 1,4 triliun. Bila strategi itu terulang lagi, DPLK BRI menargetkan bisa mencapai keuntungan minimal mencapai Rp 219,8 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News