Sumber: KONTAN | Editor: Johana K.
JAKARTA. Duit orang Indonesia yang parkir di perbankan luar negeri meroket sepanjang tahun lalu. Mengutip data terbaru dari Bank Indonesia (BI), dana berdenomasi dollar Amerika Serikat milik warga negara Indonesia (WNI) yang diparkir di bank-bank mancanegara sepanjang tahun 2009 mencapai US$ 12,63 miliar. .
Jumlah dana yang parkir di bank asing tahun 2009 itu naik 17,4% dibandingkan tahun 2008 yang sebesar US$ 10,75 miliar. Bahkan, jika dibandingkan dengan jumlah simpanan dana WNI di bank luar negeri tahun 2007, maka kenaikannya mencapai 181% .
BI tak menjelaskan secara rinci penyebab kenaikan dana simpanan WNI di perbankan mancanegara ini. Namun, bank sentral memperkirakan, kenaikan tersebut terkait erat dengan kinerja ekspor yang meningkat.
"Kenaikan tersebut banyak didorong oleh meningkatnya piutang dagang alias trade credit dan penempatan simpanan milik bank dan perusahaan non bank domestik di perbankan mancanegara," jelas BI dalam paparannya seperti dikutip KONTAN, Ahad (28/2).
Melonjaknya nilai simpanan WNI di mancanegara sepanjang tahun ini juga dipengaruhi oleh lesunya permintaan kredit valas. BI mencatat, kredit valas susut hingga 17,4% selama tahun 2009.
Instrumen valas terbatas
Penurunan kredit valas tersebut dibarengi dengan melimpahnya likuiditas valas di dalam negeri. Lantaran instrumen penempatan valas domestik relatif terbatas, tak heran bila banyak bank membiarkan valasnya tersimpan di instrumen penempatan milik bank-bank mancanegara.
"Di Indonesia, penempatan valas terbatas di instrumen Surat Utang Negara (SUN) bertenor lima tahun. Instrumen yang lebih likuid dari itu sejauh ini belum ada," ujar Kepala Tresuri Bank OCBC NISP Suriyanto Chang, beberapa waktu lalu.
Bank yang menjadi favorit penyimpanan valas milik eksportir maupun perbankan adalah Bank of New York, JP Morgan, serta sejumlah bank di Jepang.
Sejatinya, jika duit valas milik WNI yang dibiarkan menumpuk di brankas bank-bank luar negeri, bisa memperkuat nilai tukar rupiah jika dialirkan ke dalam negeri. Sederhana saja, jika persediaan dollar AS di dalam negeri melimpah, tentu nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan lebih stabil menghadapi guncangan hot money yang bisa keluar sewaktu-waktu.
Makin banyaknya jumlah duit WNI yang diparkir di luar negeri juga tak bisa lepas dari ketiadaan kebijakan repatriasi ekspor di Indonesia. Para eksportir bebas memarkir dana hasil ekspornya di negara orang, karena tidak ada kewajiban membawanya pulang ke Indonesia. Padahal, bila ada wajib repatriasi maka ketersediaan likuiditas valas dalam sistem keuangan domestik bisa lebih kuat.
Namun, BI menilai aturan repatriasi ekspor belum tentu efektif menggenjot ketersediaan valas. Head Foreign Debt Analysis and Investor Relations Direktorat Internasional BI Peter Jacobs mengungkapkan, kebijakan capital control seperti repatriasi ekspor mengakibatkan ketidaknyaman investor.
Upaya menggenjot valas dalam negeri masih bisa dilakukan dengan peningkatan kinerja ekspor dan perbaikan infrastruktur untuk menarik minat investor asing. "Lebih baik fokus pada penjagaan kondisi makro agar investor tertarik datang," ujar Peter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News