Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Ekonom asal Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetyantono menyatakan, inflasi Januari 2014 yang sebesar 1,07% terbilang masih dalam tahap wajar, di tengah kondisi cuaca yang buruk belakangan ini.
"Menurut saya wajar, karena mungkin tahun ini banjirnya lebih parah dari tahun lalu, seperti di Pantura dan Manado. Kalau Jakarta, memang tidak separah tahun lalu," kata Tony dalam dialog bertema Strengthening Indonesia's Financial System di Jakarta, Senin (3/2).
Tony menambahkan, selain lebih dikarenakan soal tingginya curah hujan yang mengakibatkan banjir, inflasi di bulan Januari yang tinggi sudah merupakan tradisi dalam setiap tahunnya. Inflasi akan sedikit menurun pada Februari.
"Mungkin Februari akan turun, bahkan bisa deflasi. Karena pola historikalnya Januari memang 1%, nanti 1% lagi pada saat lebaran," jelas Tony.
Lebih lanjut Tony mengungkapkan, meski inflasi Indonesia memiliki pola historis secara tahunan, namun hal yang terjadi merupakan hal yang positif jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
"Bagusnya Indonesia ini sekali inflasi kemudian terkoreksi lagi. Itu berarti, kondisi politik aman tidak sprinter yang tinggi terus. Misalnya negara inflasi sprinter itu karena konflik politik, seperti Thailan dan Turki," ucapnya.
Catatan saja, dari 82 kota indeks harga konsumen (IHK) yang disurvei BPS, sebanyak 78 daerah mengalami inflasi sementara empat kota lainnya masih bisa mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 3,79%.
Curah hujan tinggi yang menghambat distribusi membuat inflasi terjadi pada awal tahun ini. Sepanjang Januari 2014 juga terjadi berbagai bencana alam di beberapa daerah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News