kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.328   26,00   0,16%
  • IDX 7.398   86,28   1,18%
  • KOMPAS100 1.045   8,58   0,83%
  • LQ45 789   3,60   0,46%
  • ISSI 248   5,04   2,07%
  • IDX30 409   1,66   0,41%
  • IDXHIDIV20 466   1,61   0,35%
  • IDX80 118   1,07   0,92%
  • IDXV30 119   0,63   0,53%
  • IDXQ30 130   0,11   0,08%

Biaya Overhead Perbankan Mulai Menunjukkan Penurunan


Senin, 21 Juli 2025 / 20:08 WIB
Biaya Overhead Perbankan Mulai Menunjukkan Penurunan
ILUSTRASI. Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2025, sejumlah bank melaporkan biaya overhead turun dibandin kuartal I-2024??


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Operational expense (opex) atau biaya overhead perbankan di Tanah Air perlahan menunjukkan penurunan. Hal ini seiring dengan gencarnya digitalisasi yang dilakukan perbankan, dan jumlah kantor cabang bank yang kian menyusut.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2025, sejumlah bank melaporkan biaya overhead-nya mengalami penurunan secara kuartalan dari tahun 2024.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya, mencatatkan opex atau biaya overhead sebesar Rp 9,5 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini, turun 8,5% secara kuartalan walaupun secara tahunan memang masih naik 2,8%.

Penurunan ini utamanya datang dari biaya umum dan administrasi yang turun 24,7% secara kuartalan menjadi Rp 4,6 triliun.

Baca Juga: Transaksi RayaApp Milik Bank Raya (AGRO) Tumbuh 53,9% Hingga Mei 2025

Adapun rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) BCA secara konsolidasi turun dari 32,4% pada kuartal I-2024 menjadi 28,5% pada kuartal I-2025.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebagai bank dengan jaringan terbesar di Tanah Air membukukan opex Rp 14,82 triliun, turun 2,3% dari 2024.

Penurunan ini utamanya datang dari biaya promosi, dan biaya umum dan administrasi yang masing-masing turun 49,2% dan 11,6% secara kuartalan 

CIR BRI secara konsolidasi juga turun dari 41,6% pada 2024 menjadi 40,7% pada kuartal I-2025.

Di sisi lain, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan biaya overhead sebesar Rp 6,9 triliun atau turun 20,3% secara kuartalan, walaupun secara tahunan masih naik 4,3%.

Penurunan ini utamanya datang dari biaya umum dan administrasi yang turun 32% secara kuartalan. Adapun CIR BNI tercatat stagnan berada di level 43,8% yoy.

Sementara, Bank CIMB Niaga masih mencatatkan kenaikan pada biaya overhead 3,5% secara kuartalan dan 2,2% yoy menjadi Rp 2,1 triliun. Tapi CIR nya mulai turun dari 2024 di level 46,5% menjadi 46% di kuartal I-2025.

Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, efisiensi biaya bukan dari absolute cost tetapi secara holistic dengan CIR.

Baca Juga: Bank Mandiri Bidik Pertumbuhan Bisnis Kartu Kredit di Atas 20%

"Karena kebutuhan investasi harus tetap berjalan, namun tentu saja beberapa biaya operational terlihat turun seperti transaction cost sebagai manfaat dari digitalization di semua sektor," kata Lani kepada kontan.co.id, Senin (21/7).

Hingga akhir tahun pihaknya juga menargetkan CIR CIR berada di level sekitar 46%.

Sementara, EVP Corporate and Social Responsibility BCA Hera F Haryn menyampaikan, BCA senantiasa menjaga keseimbangan antara income, biaya operasional, dan kebutuhan investasi berkelanjutan.

Lebih lanjut Hera mengatakan, bahwa pihaknya berkomitmen mengoptimalkan pendapatan dari segala lini bisnis. "Kami senantiasa mendorong penyaluran kredit berbagai sektor, serta memperkuat plaform perbankan transaksi," imbuhnya.

Di sisi lain, Bank Indonesia kembali menurunkan bunga acuannya ke level 5,25% pada Juli 2025. Dengan biaya overhead dan bunga acuan yang terus turun seharusnya bank bisa turunkan bunga kreditnya, namun perbankan dinilai lamban menurunkan bunga kreditnya.

Menanggapi hal itu, Lani menjelaskan, panduan bunga kredit sebagian besar bukan dari overhead, tapi lebih ke biaya dana Cost of Fund (CoF) yang saat ini belum terlihat penurunan berarti.

Adapun Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, yang membuat bunga kredit seperti lambat turun karena bank perlu menjaga likuiditas dan menjaga NIM yang lebih tinggi untuk dapat mendorong pertumbuhan kinerja keuangan bank.

"Untuk bisa menyesuaikan penurunan bunga kredit maka bank memerlukan waktu. Bila likuiditas bank terjaga baik maka penurunan bunga kredit akan lebih mudah bagi bank," ujar Trioksa.

Baca Juga: Krom Bank Optimistis DPK Tumbuh Positif dan Likuiditas Memadai

Sedangkan, biaya overhead bank turun disebut Trioksa pendorongnya karena turunnya bunga acuan dan efisiensi operasional.

"Hingga akhir tahun, biaya overhead pun diprediksi akan tetap terjaga rendah karena efisiensi operasional bank akan tetap dilanjutkan," tandasnya.

Selanjutnya: 4 Cara Mencairkan Maskara yang Kering dengan Mudah, Jangan Langsung Dibuang!

Menarik Dibaca: 4 Cara Mencairkan Maskara yang Kering dengan Mudah, Jangan Langsung Dibuang!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×