kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Penurunan bunga penjaminan LPS minim pengaruhnya ke konsumsi nasabah tajir


Senin, 09 Agustus 2021 / 17:48 WIB
Ekonom: Penurunan bunga penjaminan LPS minim pengaruhnya ke konsumsi nasabah tajir
ILUSTRASI. Karyawan membersihkan logo baru Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta. ANTARA FOTO/Audy Alwi/hp.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melihat masih ada ruang penurunan suku bunga penjaminan LPS. Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa berharap langkah ini bisa menurunkan bunga deposito perbankan.

Dus, dana jumbo yang nyaman parkir di perbankan karena iming bunga tinggi, bisa digunakan untuk melakukan konsumsi. Purbaya memprediksi bila nasabah tajir melakukan konsumsi maka akan mendorong pertumbuhan perekonomian. 

Ekonom dan Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah sepakat bahwa LPS masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga penjaminan simpanan. Lantaran penurunan suku bunga penjaminan LPS belum serendah suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). 

Ia melihat penurunan suku bunga acuan LPS lebih berpengaruh pada percepatan penyesuaian suku bunga perbankan khususnya suku bunga kredit. Namun ia menilai turunnya suku bunga simpanan tidak akan berpengaruh banyak terhadap simpanan masyarakat di perbankan. 

Baca Juga: LPS sebut ekonomi Indonesia tunjukkan sinyal pemulihan, ini indikatornya

“Kelas menengah atas belum akan terdorong untuk mengalihkan simpanannya ke konsumsi karena masih ada pandemi dan PPKM. Sementara untuk investasi mereka sudah memiliki  alokasinya sendiri. Kalaupun ada yang memindahkan ke investasi tidak akan banyak sebab pandemi menurunkan minat risiko atau risk appetite mereka,” ujar Piter kepada Kontan.co.id, Senin (9/8). 

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, Bank Mandiri melihat penarikan dana dari produk deposito untuk kemudian ditempatkan pada produk investasi oleh nasabah segmen wealth management, masih dalam kondisi yang dapat dipahami. 

“Hal ini karena nasabah segmen tersebut ingin memperoleh imbal hasil (return) investasi yang lebih tinggi dari deposito, khususnya dalam kondisi pandemi ini. Tren masyarakat menengah atas yang mulai mengalihkan investasinya dari deposito ke instrumen lainnya, khususnya ke produk investasi terjadi juga di Bank Mandiri,” ujar Rudi.

Ia mengatakan volume produk deposito nasabah segmen wealth management Bank Mandiri mengalami penurunan kurang lebih sebesar 5% di posisi bulan Juni dibandingkan pada bulan Januari 2021. Namun volume untuk produk investasi mengalami peningkatan lebih dari 7% pada periode yang sama.

Saat ini portfolio simpanan Deposito nasabah di Bank Mandiri yang paling banyak mengalami penurunan terbanyak dari nasabah segmen wholesale. Pada Juni 2021, simpanan Deposito Bank Mandiri mencapai Rp 246,3 triliun, turun 20,95% yoy dari posisi Juni 2020 yang sebesar Rp 311,6 triliun. 

“Suku bunga deposito rupiah Bank Mandiri saat ini masih terjaga sebesar 2,85% per annum untuk seluruh tenor atau jangka waktu. Suku bunga ini bila dibandingkan periode bulan Agustus 2020 turun secara bertahap dari semula yang sebesar 4% hingga 4,25% per annum,” pungkas Rudi.

Selanjutnya: BI pertahankan suku bunga rendah untuk jaga pertumbuhan ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×