kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Jadi Angin Segar Bagi Saham Bank


Selasa, 17 September 2024 / 21:38 WIB
Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Jadi Angin Segar Bagi Saham Bank
ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah di kantor cabang Bank Mandiri di Jakarta, Selasa (21/2/2023).Saham-saham perbankan big cap menarik di koleksi di tengah prospek penurunan suku bunga The Fed.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar gembira akan segera datang bagi industri perbankan. Era suku bunga tinggi bakal segera berakhir dimulai dengan bank sentral AS, The Fed, yang kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga acuannya pada Federal Open Market Committee (FOMC), besok (18/9). 

Adapun, ekspektasi para analis terhadap penurunan suku bunga acuan The Fed akan terjadi dalam pertemuan bulanan tersebut sebanyak 25 basis poin (bps). Jika benar terjadi, ini merupakan pemangkasan pertama yang dilakukan The Fed sejak 2020.

Hal tersebut pun menjadi angin segar bagi saham-saham perbankan dalam negeri. Pada penutupan perdagangan Selasa (17/9), mayoritas pergerakan saham perbankan mengalami penguatan, baik itu bank konvensional, bank syariah, hingga bank digital.

Baca Juga: Menilik Kinerja Saham yang Dapat Aliran Deras Dana Asing

Ambil contoh, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) terjaga menguat 8,39% ke level Rp 3.100 dari hari perdagangan sebelumnya, dan tumbuh 78,16% secara year to date (ytd). Bank berkode saham BRIS itu juga sempat mencetak rekor all time high (ATH) pasca merger yaitu di level Rp 3.180 per saham pada perdagangan sesi pertama.

Dari bank big caps, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memimpin pertumbuhan paling tinggi di perdagangan hari ini. Bank berlogo pita emas ini mengalami penguatan 2,06% dari perdagangan hari sebelumnya menjadi Rp 7.425 per saham.

 

Tak mau kalah, penguatan juga terjadi mayoritas saham-saham bank digital yang dipimpin oleh PT Bank Jago Tbk (ARTO). Di mana, bank digital yang tergabung dalam ekosistem Goto ini mengalami kenaikan 6,41% menjadi Rp 2.990 per saham.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Perbankan di Tengah Reli

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Adityo Nugroho mengungkapkan jika penurunan suku The Fed diikuti dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tentunya akan berdampak positif bagi industri perbankan tanah air. Sebab, bank berpeluang mengerek Net Interest Margin (NIM) nya.

Seperti diketahui, kala era suku bunga tinggi, perbankan banyak tertekan dengan membengkaknya cost of fund. Alhasil, NIM perbankan pun mau tidak mau mengalami penurunan.

“Jika BI rate turun, maka perbankan akan mengerek turun suku bunga deposito dan tabungan terlebih dahulu sebelum melakukan pemangkasan suku bunga kreditnya,” ujar Adityo.

Baca Juga: Suku Bunga Berpotensi Turun, Cek Arah IHSG dan Rekomendasi Saham Hingga Akhir 2024

Tak hanya secara fundamental, Adityo melihat bank bisa jadi diuntungkan terkait pergerakan harga sahamnya, setidaknya untuk jangka panjang. Di mana, ada beberapa bank besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang belum mencapai puncak harga pada Maret 2024 lalu.

“Cuma kalau pergerakan saham kita ngak tahu nih, bisa jadi malah sell on news kan?,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (17/9).

Sementara itu, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus melihat meskipun ada ruang penguatan harga saham perbankan, perlu diperhatikan pula akan rawan terjadi koreksi.

Sehingga, ia mengingatkan bahwa yang harus diperhatikan adalah keberlanjutan dari momentum itu sendiri. Harapannya bisa menjaga penguatan harga saham-saham perbankan untuk bisa terus mengalami kenaikan.

Untuk jangka panjang sendiri, Nico melihat saham perbankan secara valuasi masih memberikan potensi naik. Menurutnya, sejauh ini saham-saham finansial terlihat menarik untuk bisa melakukan akumulasi. 

Baca Juga: Rupiah Terus Menguat, Ini Emiten yang Bakal Untung dan Buntung

Hanya saja, ia mengingatkan bagi investor yang baru masuk, lebih baik untuk  memperhatikan momentum dan resistensinya. Sebab, ada kekhawatiran berpotensi terjadi sell on news pada saat The Fed memangkas tingkat suku bunga.

“Apabila saham saham big caps terlihat mulai sulit untuk  bergerak naik, saham saham bank lainnya seperti BNGA, BBTN, bisa menjadi pilihan,” ujarnya.

Dari analisa teknikal, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menjelaskan bahwa secara historis, pada saat ada pemangkasan suku bunga, maka pergerakan bursa saham justru akan cenderung terkoreksi, terlebih IHSG sudah menguat cukup signifikan dan membentuk adanya ATH.

Baca Juga: Melongok Rekomendasi Saham Konstituen Indeks Kompas100, Mana yang Jadi Jagoan Analis?

Untuk emiten perbankan sendiri, ia melihat secara sektoral dan teknikal penguatannya diperkirakan sudah relatif terbatas. Artinya, potensi terkoreksi untuk saham-saham perbankan cukup terbuka.

“Apabila ditanyakan perihal emiten perbankan yang menarik, dapat dicermati ARTO, BRIS, AGRO, BBRI, dan BBNI,” ujarnya.

Dengan adanya potensi penurunan suku bunga The Fed, Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyambut baik hal tersebut. Ia meyakini aksi The Fed tersebut akan diikuti oleh penurunan suku bunga acuan BI.

Baca Juga: Begini Kinerja Emiten Big Caps di Semester I, Simak Rekomendasinya

“Artinya DPK juga pricing-nya akan turun. Dan bank akan punya keleluasaan untuk menghimpun DPK yang lebih,” ujar Hery saat ditemui di Jakarta, Selasa (17/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×