Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju pertumbuhan kredit perbankan makin melambat, setidaknya hingga Mei 2025. Alih-alih menggenjot penyaluran kredit, perbankan tampaknya masih suka memarkir uangnya di surat berharga.
Seperti diketahui, pertumbuhan kredit pada Mei 2025 tercatat 8,43% secara tahunan (yoy), lebih rendah dari 8,88% yoy pada April 2025.Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bahkan melihat kecenderungan penanaman surat berharga oleh bank tetap kuat.
“Preferensi perbankan pada penanaman surat-surat berharga masih kuat,” ujar Perry, Rabu (18/6).
Sebagai gambaran, kepemilikan surat berharga oleh perbankan per 18 Juni 2025 mencapai Rp 1.183 triliun. Capaian tersebut meningkat jika dibandingkan dari posisi 31 Desember 2024 yang baru senilai Rp 1.051 triliun.
Meski demikian, kepemilikan bank di surat berharga lainnya seperti Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sudah tampak mulai menurun. Pada posisi Desember 2024, kepemilikan bank di SRBI senilai Rp 560,79 triliun dan turun menjadi Rp 538,14 triliun per Mei 2025.
Baca Juga: BI Dorong Perbankan Turunkan Bunga Kredit, Tapi Perbankan Masih Enggan
Di sisi lain, Perry juga melihat bank justru terlihat mulai meningkatkan standar penyaluran kredit (lending standard) di kondisi saat ini. Sebagai informasi, lending standart adalah serangkaian kriteria dan aturan yang ditetapkan oleh lembaga keuangan, seperti bank, dalam proses pemberian pinjaman kepada peminjam
Corporate Secretary Bank Mandiri M Ashidiq Iswara mengatakan, pihaknya secara aktif melakukan penempatan likuiditas pada instrumen SBN dan surat berharga lainnya sebagai salah satu alternatif instrumen aset produktif.
Ia mencatat realisasi penempatan dana bank berlogo pita emas ini secara bank only pada surat berharga mencapai Rp 225,02 triliun. di akhir April 2025. Capaian tersebut tumbuh sekitar 2,79% jika dibandingkan periode sama tahun lalu.
Meski demikian, Ashidiq bilang, pihaknya tetap mampu mencatat penyaluran kredit yang tinggi. Pada periode yang sama, Bank Mandiri secara bank only menyalurkan pertumbuhan kredit senilai Rp 1.308,43 triliun atau tumbuh 15,34% yoy.
Ia memastikan porsi penempatan dana pada surat berharga dapat terus berubah menyesuaikan dengan perubahan tren yang terjadi. Seperti ekses likuiditas yang tersedia, demand dari client baik institutional maupun individual, risk appetite perbankan serta pertumbuhan kredit perbankan.
“Penempatan likuiditas pada instrumen SBN dan surat berharga lainnya juga dilakukan dalam rangka mendapatkan imbal hasil yang optimal dengan tingkat risiko yang terukur,” ujar Ashidiq.
Baca Juga: Ini Penyebab Bunga Kredit Perbankan Sulit Turun
Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk Hera F. Haryn bilang penempatan dana pada instrumen surat berharga hanya merupakan bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan.
Ia menegaskan pada prinsipnya, fungsi utama dari lembaga perbankan adalah sebagai sarana intermediasi ekonomi dalam artian penyaluran kredit. Per Mei 2025, total kredit (bank only) BCA tumbuh sebesar 11,8% YoY menjadi Rp 924 triliun.
Sementara itu, total dana yang ditempatkan BCA secara konsolidasi pada instrumen surat berharga per Mei 2025 yakni sebesar Rp 370 miliar.
“Sangat terbatas dibandingkan kredit yang disalurkan,” ujar Hera.
Selanjutnya: Pekan Ketiga Juni 2025, Modal Asing Cabut Rp 2,04 Triliun dari Pasar Keuangan
Menarik Dibaca: Kenapa Bunga Lili Perdamaian Tak Kunjung Mekar? Ini 5 Penyebab dan Solusinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News