kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.797   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Euforia Berakhir, Ini Kata Analis Soal Prospek Saham Bank Digital


Rabu, 08 Maret 2023 / 19:57 WIB
Euforia Berakhir, Ini Kata Analis Soal Prospek Saham Bank Digital
ILUSTRASI. Aplikasi perbankan digital Allo Bank Indonesia.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masa euforia bank digital telah berakhir seiring pandemi yang kian terkendali. Kini, bank digital harus bisa membuktikan keahlian teknologi yang dimiliki dalam menggarap ekosistem dalam memacu kinerja bisnis. Kini, kinerja saham bank digital kompak memerah dalam satu tahun terakhir atau year on year pada penutupan pasar saham, Rabu (8/3). 

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan penurunan saham bank digital sebagai dampak negatif tren kenaikan suku bunga yang terjadi sejak pertengahan 2022. 

"Kenaikan suku bunga akan membuat bank digital mau tidak mau mengikuti kenaikan suku bunga pinjamannya agar bisa bersaing dengan bank konvensional dalam hal penghimpunan DPK dan pemberian kredit. Namun, di sisi lain hal ini akan memberatkan kinerja perseroan karena beban bunga yang akan semakin besar," ujar Nico kepada KONTAN pada Rabu (8/3).

Ia menyebut pergerakan saham bank digital umumnya diasosiasikan dengan saham teknologi. Nico melihat potensi kenaikan suku bunga yang lebih lambat di 2023 akan bisa menjadi sentimen positif untuk pergerakan saham bank digital pada paruh kedua 2023.

Baca Juga: Pembentukan KUB Bank Daerah Makin Marak

"Terlebih bank digital itu punya fundamental yang kokoh, banyak inovasi, serta masuk ke ekosistem keuangan yang diisi oleh pemain besar. Namun pergerakan saham bank digital masih akan volatil sampai ada tanda-tanda kenaikan suku bunga sudah tidak terjadi lagi dan saham teknologi juga mempunyai gerak dalam fase uptrend," jelasnya. 

Kendati demikian, Nico tidak merekomendasikan buy untuk bank digital pada saat ini. Jika investor masih ingin masuk ke saham bank digital bisa mencermati pola teknikalnya.

"Apakah sudah menuju pola uptrend atau belum agar terhindar dari risiko kerugian. Namun jika di antara bank digital, menurut saya ketika secara sentimen negatif sudah mulai mereda dan teknikal menunjukkan uptrend, bisa mencermati saham ARTO dan BBHI," tambahnya

Ia menyebut support ARTO terdekat pada Rp 2430 dan resistance di level Rp 3300. Sedangkan BBHI punya support terdekat di level Rp 1540 dan resistance terdekat di level Rp 1750.

Budi Frensidy, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia (UI) menyebut sulit mengharapkan prospek emiten bank digital yang masih merugi. Sedangkan untuk yang sudah untung, Budi menyarankan para investor memastikan taraf keuntungan dari earning per share (EPS) sesuai dengan harga yang harus dibayarkan investor.

"Prospek akan ada jika ekuitas perusahaan meningkat seperti ada suntikan dana atau rights issue. Lalu laba yang dihasilkan secara relatif di atas rata-rata pasar dengan menggunakan berbagai ukuran seperti PER dan PBV," tuturnya. 

Secara fundamental, Budi berkaca dengan bank digital yang ada di luar negeri. Ia menyebut hanya akan tersisa satu hingga dua bank digital yang unggul bertahan sehingga layak divaluasi masal seperti BBCA di bank konvensional.  

"AKan ada 1 hingga 2 bank digital yang memang unggul sehingga layak divaluasi mahal seperti BCA untuk bank konvensional. Tapi saya pikir tidak akan banyak bank yang benar-benar bisa mencapai itu," tambahnya.

Baca Juga: Begini Strategi Bank Sumsel Babel Tingkatkan Market Share

Adapun Bank Raya (AGRO) berhasil mencetak laba bersih senilai Rp 11,46 miliar di sepanjang tahun 2022. Nilai ini tumbuh 100,38% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

 Pada Desember 2022, dari sisi aset, Bank Raya menyalurkan kredit yang diberikan sebesar Rp 7,77 triliun, sementara dari sisi liabilitas Bank Raya menghimpun dana pihak ketiga sebesar Rp 9,81 triliun. 

Ida Bagus Ketut Subagia selaku Direktur Utama Bank Raya mengatakan akan terus memprioritaskan profitabilitas secara berkesinambungan untuk mewujudkan misi kami memperkuat sinergi ekosistem BRI Group.

 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×