kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Euforia Berakhir, Ini Kata Analis Soal Prospek Saham Bank Digital


Rabu, 08 Maret 2023 / 19:57 WIB
Euforia Berakhir, Ini Kata Analis Soal Prospek Saham Bank Digital
ILUSTRASI. Aplikasi perbankan digital Allo Bank Indonesia.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masa euforia bank digital telah berakhir seiring pandemi yang kian terkendali. Kini, bank digital harus bisa membuktikan keahlian teknologi yang dimiliki dalam menggarap ekosistem dalam memacu kinerja bisnis. Kini, kinerja saham bank digital kompak memerah dalam satu tahun terakhir atau year on year pada penutupan pasar saham, Rabu (8/3). 

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan penurunan saham bank digital sebagai dampak negatif tren kenaikan suku bunga yang terjadi sejak pertengahan 2022. 

"Kenaikan suku bunga akan membuat bank digital mau tidak mau mengikuti kenaikan suku bunga pinjamannya agar bisa bersaing dengan bank konvensional dalam hal penghimpunan DPK dan pemberian kredit. Namun, di sisi lain hal ini akan memberatkan kinerja perseroan karena beban bunga yang akan semakin besar," ujar Nico kepada KONTAN pada Rabu (8/3).

Ia menyebut pergerakan saham bank digital umumnya diasosiasikan dengan saham teknologi. Nico melihat potensi kenaikan suku bunga yang lebih lambat di 2023 akan bisa menjadi sentimen positif untuk pergerakan saham bank digital pada paruh kedua 2023.

Baca Juga: Pembentukan KUB Bank Daerah Makin Marak

"Terlebih bank digital itu punya fundamental yang kokoh, banyak inovasi, serta masuk ke ekosistem keuangan yang diisi oleh pemain besar. Namun pergerakan saham bank digital masih akan volatil sampai ada tanda-tanda kenaikan suku bunga sudah tidak terjadi lagi dan saham teknologi juga mempunyai gerak dalam fase uptrend," jelasnya. 

Kendati demikian, Nico tidak merekomendasikan buy untuk bank digital pada saat ini. Jika investor masih ingin masuk ke saham bank digital bisa mencermati pola teknikalnya.

"Apakah sudah menuju pola uptrend atau belum agar terhindar dari risiko kerugian. Namun jika di antara bank digital, menurut saya ketika secara sentimen negatif sudah mulai mereda dan teknikal menunjukkan uptrend, bisa mencermati saham ARTO dan BBHI," tambahnya

Ia menyebut support ARTO terdekat pada Rp 2430 dan resistance di level Rp 3300. Sedangkan BBHI punya support terdekat di level Rp 1540 dan resistance terdekat di level Rp 1750.

Budi Frensidy, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia (UI) menyebut sulit mengharapkan prospek emiten bank digital yang masih merugi. Sedangkan untuk yang sudah untung, Budi menyarankan para investor memastikan taraf keuntungan dari earning per share (EPS) sesuai dengan harga yang harus dibayarkan investor.

"Prospek akan ada jika ekuitas perusahaan meningkat seperti ada suntikan dana atau rights issue. Lalu laba yang dihasilkan secara relatif di atas rata-rata pasar dengan menggunakan berbagai ukuran seperti PER dan PBV," tuturnya. 

Secara fundamental, Budi berkaca dengan bank digital yang ada di luar negeri. Ia menyebut hanya akan tersisa satu hingga dua bank digital yang unggul bertahan sehingga layak divaluasi masal seperti BBCA di bank konvensional.  

"AKan ada 1 hingga 2 bank digital yang memang unggul sehingga layak divaluasi mahal seperti BCA untuk bank konvensional. Tapi saya pikir tidak akan banyak bank yang benar-benar bisa mencapai itu," tambahnya.

Baca Juga: Begini Strategi Bank Sumsel Babel Tingkatkan Market Share

Adapun Bank Raya (AGRO) berhasil mencetak laba bersih senilai Rp 11,46 miliar di sepanjang tahun 2022. Nilai ini tumbuh 100,38% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

 Pada Desember 2022, dari sisi aset, Bank Raya menyalurkan kredit yang diberikan sebesar Rp 7,77 triliun, sementara dari sisi liabilitas Bank Raya menghimpun dana pihak ketiga sebesar Rp 9,81 triliun. 

Ida Bagus Ketut Subagia selaku Direktur Utama Bank Raya mengatakan akan terus memprioritaskan profitabilitas secara berkesinambungan untuk mewujudkan misi kami memperkuat sinergi ekosistem BRI Group.

 

Hal ini dicapai dengan terus melakukan inovasi produk-produk andalan  baik di digital saving maupun lending guna memastikan nilai jangka panjang untuk Bank Raya dan para pemangku kepentingan.

 Nilai kredit digital Bank Raya terus bertumbuh sebesar 87,65% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 917,89 Miliar, di samping itu, total simpanan digital membukukan Rp 616,07 Miliar. 

Rasio gross NPL juga menunjukkan perbaikan yaitu sebesar 2,90% lebih baik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 3,98%.

“Tren ini memperkuat langkah kami untuk terus bertumbuh secara eksponensial. Lebih jauh, strategi perbaikan kinerja bisnis yang berfokus pada perbaikan kualitas aset dan recovery membuahkan hasil yang baik, serta memberikan ruang bagi perusahaan untuk menajamkan fokus efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional dan peningkatan customer experience. Pendapatan recovery menembus angka Rp 562,1 Miliar tumbuh 984,7% dari tahun sebelumnya,” tambah Bagus.

Ia menegaskan bahwa kinerja tersebut tidak terlepas dari upaya Bank Raya mengoptimalkan transaksi digital Bank Raya melalui digital saving Raya App yang tumbuh signifikan. Tercatat saat ini Raya Digital Saving telah digunakan lebih dari 700 ribu pengguna sejak diluncurkan pada 22 Februari 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×