Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Tendi Mahadi
Pemain fintech peer to peer lending PT Kredit Pintar Indonesia mengaku membuka peluang untuk menawarkan pilihan kepada lender untuk menempatkan dana di instrumen reksadana di masa datang. CEO Kredit Pintar Wisely Wijaya mengatakan saat ini masih melihat ada sisi menarik dan tidaknya tergantung bagaimana cara melihatnya.
"Jika dilihat dari segmen orang yang memberikan investasi reksadananya, industri ini masih baru dan kemungkinan akan berubah ke depannya sehingga saya melihat momentumnya belum ada jika kita membuka retail lender," kata Wisely Wijaya kepada Kontan.co.id, Kamis (7/11). Wisely mengatakan saat ini pihaknya masih dalam tahap riset dan analisa perkembangan market.
Wisely yang juga sebagai Wakil Kepala Eksekutif Fintech Pendanaan Multiguna mengatakan, ada pihak ketiga yang menyediakan produk reksadana yang menempatkan produknya di fintech peer to peer lending. "Dari situ apabila ada lender yang ingin membeli atau menggunakan produk reksadana bisa melalui fintech, jadi fintech hanya sebagai agen bila ada agen yang membeli," kata Wisely Wijaya kepada Kontan.co.id, Kamis (7/11).
Baca Juga: Tingkatkan kredit, OJK minta bank berfokus pada core business
Keuntungannya, pengguna dari fintech tersebut memiliki pilihan varian produk yang lebih banyak. "Reksadana akan ada imbal hasilnya, tapi bukan dari platform namun dari pihak ketiga yang memiliki produk tersebut. Peer to peer tidak boleh menjadi penyedia layanan reksadana," jelas Wisely .
Sedangkan untuk imbal hasilnya, Wisely memproyeksi bisa berada di kisaran 8% hingga 20% per tahunnya.
Sementara itu, Andrisyah Tauladan, Direktur PT Pintar Inovasi Digital alias Asetku mengatakan, penyelenggara fintech peer to peer lending secara umum tidak diizinkan untuk melalukan usaha lain selain usaha mempertemukan borrower dengan lender. Dengan dasar ini, Asetku menilai tidak bisa memberikan jasa mempertemukan lender dengan instrumen investasi seperti reksadana dan lainnya.