kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harga anjlok, BCA lebih selektif salurkan kredit ke sektor kelapa sawit


Selasa, 27 November 2018 / 20:17 WIB
Harga anjlok, BCA lebih selektif salurkan kredit ke sektor kelapa sawit
ILUSTRASI. Antrian Nasabah di Bank Central Asia (BCA)


Reporter: Rezha Hadyan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia saat ini sedang lesu. Harga komoditas ekspor unggulan ini terjun dari US$ 530 per ton menjadi US$ 420 per ton. Penurunan harga ini berlangsung cepat dalam sepekan terakhir akibat lesunya permintaan ekspor dari luar negeri dan dampak perang dagang antara AS dan China.

Kondisi tersebut ikut membuat industri perbankan berhati-hati kali untuk menyalurkan kredit investasi di industri kelapa sawit. Padahal sebelumnya sejumlah bank di tanah air getol menyalurkan kredit ke industri kelapa sawit. Hal ini terjadi karena besarnya sumbangsih industri kelapa sawit terhadap pertumbuhan ekonomi.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menyatakan BCA saat ini lebih selektif dalam menyalurkan kredit ke industri kelapa sawit. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari timbulnya kredit bermasalah yang akan mempengaruhi kinerja keuangan. 

“Kita lihat pemainnya, kalau pemain baru kita tidak akan berani kasih pinjaman ya. Kalau pemain lama mereka punya cost kan murah jadi masih profitable di angka US$ 430-US$ 450 per ton,” kata Jahja usai Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC) Selasa (27/11).

Pemain lama yang dimaksud oleh Jahja adalah pelaku usaha kelapa sawit yang saat ini mempunyai pengolahan kelapa sawit sendiri dan punya lahan yang cukup luas. Namun, ia tak merinci seberapa luas lahan yang masuk ke dalam kriteria tersebut.

Jahja menegaskan, BCA bukan berarti tidak mau membantu industri kelapa sawit untuk bangkit dari keterpurukannya saat ini. “Mungkin di sektor itu kita lihat -lihat kebutuhannya, kalau memang bagus perusahaannya apalagi sudah perusahaan lama, mereka mau ekspansi, mereka mau tambah landbank-nya itu kita akan bantu,” kata dia.

Sejauh ini, pemerintah telah merespon penurunan harga CPO dengan memangkas pungutan ekspor yang diserahkan ke Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) menjadi 0 dari sebelumnya US$ 50 per ton untuk CPO, lalu produk turunan pertama sebesar US$ 30 per ton dan produk turunan kedua US$ 20 per ton. 

Namun, ketika harga kembali menyentuh US$ 500 per ton maka pungutan ekspor akan kembali berlaku menjadi US$ 25 per ton untuk CPO, US$ 10 per ton untuk produk turunan pertama, dan US$ 5 dollar AS per ton untuk produk turunan kedua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×