kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Himbara optimistis bisa serap devisa hasil ekspor Rp 7,2 triliun dalam sebulan


Senin, 30 Juli 2018 / 12:56 WIB
Himbara optimistis bisa serap devisa hasil ekspor Rp 7,2 triliun dalam sebulan
ILUSTRASI. Pelayanan Nasabah di Kantor Cabang Bank Mandiri


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhimpunan Bank Milik Negara (Himbara) optimistis bisa menyerap devisa hasil ekspor (DHE) sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun setiap bulan (kurs 1 US$=Rp 14.409).

Hal ini disampaikan Kartika Wirjoatmoadjo, Direktur Utama Bank Mandiri ketika ditemui di kantor Menko Maritim, Senin (30/7). Menurut Tiko potensi bisnis devisa hasil ekspor ini cukup besar.

Karena, transaksi jual devisa hasil ekspor di Bank Mandiri setiap hari tercatat US$ 150 juta atau Rp 2,1 triliun. Namun menurut Tiko, untuk membawa devisa hasil ekspor masuk ke perbankan domestik khususnya bukan perkara mudah.

Pengusaha, menurut Tiko, selalu membandingkan imbal hasil atau yield jika mereka menempatkan devisa hasil ekspor di luar negeri atau di dalam negeri. Biasanya produk yang menjadi pilihan adalah deposito dollar atau produk foward.

Saat ini, menurut Tiko, keuntungan deposito valas di Indonesia kurang kompetitif dibandingkan dengan luar negeri. Tiko bilang, dulu imbal hasil deposito valas di perbankan masih rendah yaitu 0,75%.

Namun Bank Mandiri mengaku sudah menaikkan suku bunga beberapa deposito valas spesial rate menjadi 2,5%-3%. Kenaikan bunga deposito valas ini sudah dilakukan sejak dua minggu lalu.

Selain masalah imbal hasil yang lebih rendah, Tiko bilang, potensi devisa hasil ekspor yang belum optimal masuk ke Indonesia adalah karena kepastian kurs. Dengan volatilitas rupiah yang masih tinggi maka banyak eksportir yang menahan jual.

Eksportir ingin ke depan, ada kepastian jual di masa depan. Selain itu eksportir juga meminta fasilitas hedging plain vanilla seperti forward yang bisa memberikan kenyamanan kurs.

Untuk itu, Bank Mandiri berusaha mengakomodir beberapa keinginan pengusaha tersebut. Termasuk juga pertimbangan mengenai bagaimana aturan ini ke depan.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×