Reporter: Ferrika Sari | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja modal ventura menunjukkan tren positif di kuartal tiga 2018. Sejumlah indikator menunjukkan perbaikan, dari peningkatan nilai pembiayaan serta penurunan tingkat rasio non performing financing (NPF).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, sampai Agustus 2018, industri modal ventura mencatatkan pembiayaan dan penyertaan senilai Rp 8,05 triliun. Nilai itu meningkat 19,08% dari Agustus tahun lalu yang sebesar Rp 6,76 triliun.
Portofolio kegiatan usaha masih didominasi pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 6,20 triliun, lalu mengikut penyertaan saham Rp 1,36 triliun dan sisanya obligasi konversi Rp 492 miliar.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Rimawan Yasin menilai, tren positif ini didorong oleh sejumlah faktor, diantaranya peningkatan bisnis yang dilakukan pelaku usaha. Serta didorong pertumbuhan industri keuangan berbasis digital atau fintech.
Tak hanya membukukan pertumbuhan pembiayaan. OJK mencatat, rasio NPF industri modal ventura juga menurun signifikan. Pada Agustus 2018, rasio NPF 5,03%. Padahal di Agustus tahun lalu, rasio NPF di sektor industri ini bertengger di level 7,76%. Menurut Rimawan, NPF menyusut lantaran pembiayaan meningkat plis pelunasan oleh pihak peminjam.
Namun realisasi pembiayaan dan penyertaan tersebut, turun dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Pembiayaan dan penyertaan modal ventura di bulan Juli, Juni dan Mei, masing-masing senilai Rp 8,13 triliun, Rp 8,15 triliun dan Rp 8,22 triliun. Penurunan tersebut diperkirakan terpengaruh gejolak ekonomi, terutama menguatnya kurs dollar atas rupiah.
“Ternyata di luar perkiraan, kurs dollar menguat dan yang terjadi kemudian adalah perlambatan bisnis modal ventura. Kemungkinan lainnya, adanya penundaan pembiayaan yang sudah direncanakan perusahaan,” kata Rimawan kepada Kontan.co.id, Minggu (28/10).
Tumbuh dua digit
Meskipun pembiayaan cenderung melambat, ia tetap optimistis memproyeksi bisnis pembiayaan dan penyertaan modal ventura masih bisa tumbuh dua digit. Adanya insetif pajak dari pemerintah mendorong investor semakin nyaman berinvestasi di sektor ini.
Selain insetif pajak, pemerintah juga menggagas pertumbuhan perusahaan rintisan atau startup di Indonesia, melalui program The Next Unicorn. Suatu program pencarian perusahaan startup potensial yang akan diorbitkan menjadi perusahaan bernilai US$ 1 miliar atau unicorn.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News