Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja unitlink berbasis saham mencatatkan imbal hasil yang negatif periode November 2019 secara year to date (ytd). Merujuk data Infovesta Utama, imbal hasil unitlink berbasis saham berada di angka rata-rata minus 1,98%.
Hasil tersebut berasal dari 48 produk unitlink dengan imbal hasil positif, dan 142 produk unitlink catatkan imbal hasil negatif.
Baca Juga: OJK sudah siapkan rancangan aturan soal waran terstruktur, begini isinya
Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo mengatakan, kinerja negatif unitlink saham ini didorong beberapa sebab. Terutama mengikuti kondisi indeks saham utama.
"Unitlink saham minus di bulan November karena pasar saham sedang tidak bagus adapun equity anjlok sekitar 3%. Penurunan juga diikuti dengan kondisi Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) yang minus 3,3%. LQ45 juga turun di sekitar 2%," kata Praska kepada Kontan.co.id, Minggu (15/12).
"Sejalan juga dengan kondisi market yang sedang tidak pasti, di bulan November investor asing mencatat jual bersih atau net sell di angka Rp 6,9 triliun di tengah isu perang dagang Amerika dan China hingga saat ini masih digantung," lanjut dia.
Selain itu, dia bilang sentimen internal dan eksternal juga sedang tidak mendukung. Dari internal, pertumbuhan ekonomi makro melesu dan kondisi neraca dagang juga belum menunjukkan perbaikan secara signifikan.
Baca Juga: Setelah reksadana dan asuransi, Tanamduit akan menggarap bisnis jual beli emas
"Persepsi pasar juga melihat masalah terjadi di reksadana yang sempat anjlok hingga puluhan persen dalam dua hari. Akhirnya para investor memilih wait and see dengan pasar saham yang bergejolak," jelas Praska.
Menurut Praska, unitlink saham memang terpengaruh oleh kondisi pasar. Jika kondisi pasar lagi bagus, otomatis produk unitlink yang berinvestasi di SBN baik di pasar saham dan obligasi kena imbasnya.
"Untuk bulan Desember indeks sudah naik sekitar 3% secara month to date (mtd), namun dengan tercapai kesepakatan perang dagang ini belum tentu berdampak pada IHSG akan rally, apalagi adanya isu kemenangan Boris Johnson bisa dibilang sesuai dengan perkiraan di pemilu Inggris," jelas dia.
"Di samping itu kepastian Brexit yang sudah jelas pada Januari 2020 artinya semua sudah sesuai dengan ekspektasi sehingga pergerakan market cenderung melandai paska menguat di akhir November yang saat itu level saham berada di level 6.200 belum mencapai perkiraan posisi akhir tahun di level 6.294. Artinya IHSG di bulan Desember ini penguatannya juga di minggu ketiga dan keempat nanti akan relatif terbatas apalagi menjelang akhir tahun pasar cenderung melesu," kata Praska.
Praska proyeksikan imbal hasil unitlink saham berada di angka 1%-3% di akhir tahun. Angka tersebut paling rendah dibandingkan unitlink campuran di angka 2%-5% dan unitlink pendapatan tetap di angka 7%-8%.
Baca Juga: OJK hapus nama Ajaib Technologies dari daftar fintech ilegal, ini alasannya
Namun demikian, terdapat lima produk unitlink saham yang berhasil meraih return di atas rata-rata hingga November 2019. Berikut daftar jawara unitlink berjenis saham yang hasilkan imbal hasil tinggi tersebut:
1.Mandiri Equity Offshore USD: 25,74%
2.AJS S/A Q-INVESTA EQUITY FUND: 22,16%
3.Smartwealth Dollar Asia Pacific Fund: 21,15%
4.PRUlink US Dollar Global Low Volatility Equity Fund: 19,57%
5.USD Prime Emerging Market Equity Fund: 18,10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News